Festival Kampung Budoyo Ketawanggede: Saatnya Rayakan Hiburan Rakyat
Festival Kampung Budaya Ketawanggede hadirkan hiburan seru, ajak warga untuk nostalgia jaman dulu. Banyak hiburan dan dijamin betah deh!
Mantraidea.com – Festival Kampung Budoyo Ketawanggede #2 hadir dengan memadukan konsep budaya tradisional dan modern. Ketawanggede, Kota Malang, menjadi lokasi utama diselenggarakannya festival ini mulai 29 hingga 31 Agustus mendatang. Tentunya, acara ini sukses menarik perhatian masyarakat, utamanya generasi muda, Kamis (29/8/2024).
Festival Kampung Budoyo Ketawanggede digelar dengan tujuan untuk mengenalkan dan melestarikan budaya di era kemajuan teknologi. Serta, menjadi wadah yang menyatukan berbagai elemen masyarakat. Mulai dari komunitas-komunitas sampai penggiat seni.
Yanto Catur, selaku koordinator acara menegaskan bahwa penting untuk menjaga nilai-nilai budaya. Penyelenggaraan yang tak jauh dari kampus-kampus besar telah menarik perhatian mahasiswa dari berbagai daerah. “Banyak mahasiswa yang tinggal di sekitar Ketawanggede, jadi sekalian mengedukasi mereka tentang budaya dan hiburan lokal,” tambahnya.
Panggung Hiburan Kampung Budoyo
Lebih lanjut, Keroncong Kemangi Band menjadi salah satu pemeriah acara dengan menampilkan musik keroncong yang dimodifikasi dengan lagu Jawa terbaru. Leo, selaku ketua Kemangi Band mengungkapkan bahwa melalui festival ini, musik keroncong diperkenalkan kepada generasi muda dengan cara yang lebih segar.
“Kebanyakan, anak muda masih awam dengan musik keroncong. Tapi, lagu-lagu seperti ‘Santri Pekok’ dan ‘Kopi Dangdut’ sukses mengundang antusiasme penonton, bahkan ikut berjoget,” tambah Leo.
Selain itu, Festival Kampung Budoyo Ketawanggede #2 juga menjadi wadah bagi para penggiat seni lainnya, salah satunya adalah Levant. ia menjadikan festival ini sebagai kesempatan untuk memotivasi anak-anak yang gemar menggambar tetapi sering merasa tidak percaya diri dengan karya mereka.
“Ternyata, banyak anak-anak yang menghampiri dan bercerita bahwa mereka masih merasa insecure dengan karyanya. Padahal, seni adalah ekspresi diri dan setiap karya itu berharga,” kata Levant.
Festival ini juga menggandeng berbagai komunitas seni dan budaya lainnya, alhasil menciptakan kolaborasi yang kaya dan beragam. Mulai dari Wayang Suket Puspa Sarira (Mbah Joo), Glodak Gladuk Sketch, hingga Cutik Geni Cukil Art.
Tidak hanya itu, hiburan rakyat ini pun didukung oleh Universitas Brawijaya, dengan menampilkan pameran seni dan budaya. Terdapat pula penampilan dari Nyelentang Kerontjong dan Perkusi Genggong, yang menambah semarak acara dengan alunan musik unik dan energik.
Festival kampung ini membuktikan bahwa tradisi kebersamaan dan kolaborasi masyarakat masih memiliki daya tarik kuat. “Nuansa tempo dulunya kerasa banget. Apalagi, di sepanjang jalan ada penampilan musik-musik gitu,” ujar Fandi, selaku pengunjung.
Setiap tahunnya, festival ini akan terus diselenggarakan dengan berbagai gebrakan baru. Harapannya, semakin dikenal luas oleh masyarakat dan menjadi tonggak dalam pelestarian budaya di tengah era digital.
Bagi ParaMantra yang sudah mampir, ceritain pengalaman serumu di kolom komentar yuk!