|

Dhandhang Gulo Bangun Reputasi Nyaman di Sudut Kota

Dhandhang Gulo
Dhandhang Gulo, sebuah kafe nyaman nan tenang yang berada di sudut kota yang jarang terjamah pelancong. MANTRAIDEA/Dafa Wahyu Pratama

Mantraidea.com – Terkenal dengan hiruk pikuk perkotaan, Kota Wisata Batu kembali mencuri perhatian dengan kehadiran sebuah kedai kopi unik. Bangunan dengan desain vintage yang menampilkan logo Dhandhang Gulo di tembok depannya. Terletak dekat dengan perkebunan dan sawah, kedai kopi ini menjadi tempat yang tenang dan nyaman bagi pengunjung.

Seorang pengusaha kreatif yang telah berhasil menciptakan sebuah ruang menarik bagi pecinta kopi ini adalah Nur Kopit. Terletak di Jalan Trunojoyo No.13, Junrejo, Kota Batu. Kedai ini menawarkan nuansa tenang yang sempurna untuk menyeruput secangkir kopi.

Klasik tapi Tetap Menarik

Berdiri sejak tahun 2021, Nur Kopit mendirikan kedai kopi ini dengan nama Dhandhang Gulo. Ia memilih nama itu dengan penuh pertimbangan dan pemaknaan tersirat. Menggabungkan dua kata, ‘dhandhang’ melambangkan makanan dan ‘gulo’ yang melambangkan minuman. Sejatinya, kata ‘dhandhang’ merujuk pada alat masak. “Sebenarnya, terinspirasi dari ayah yang dulu suka masak di tempat ini sebelum menjadi kedai,” jelas pemilik kedai yang akrab disapa Opiet ini. 

Konsep Vintage kedai Dhandhang Gulo
Konsep vintage menjadi pilihan pemilik kedai dalam memberikan ruang nostalgia bagi para pelanggan. MANTRAIDEA/Dafa Wahyu Pratama

Dhandhang Gulo, sebuah kedai kopi yang tak sengaja mengusung konsep vintage. Memiliki akar dari hobi sang pemilik dalam mengoleksi barang antik dan cintanya pada motor klasik. Perpaduan khas ini memberikan nuansa nostalgia yang begitu kental bagi setiap pengunjung yang memasuki kedai tersebut. Membuat siapapun merasa terhanyut dalam suasana yang penuh kenangan. Seolah-olah berada dalam sebuah zaman yang telah berlalu, tapi tetap hidup dalam ingatan. 

Selain itu, Opiet juga tak lupa dalam memberikan kebebasan kepada rekan-rekan dan pengunjung untuk memajang atau sekadar berbagi ide kreatifnya. “Prinsipnya sederhana, jadikan kedai ini seperti rumahmu sendiri,” ujar pria yang juga sempat menjadi koki hotel bintang tiga di Kota Malang ini. Dengan demikian, suasana yang nyaman dan ramah tercipta pada sudut-sudut kedai.

Setiap pengunjung yang singgah akan merasa diterima dan dihargai sebagai bagian dari komunitas yang solid. Menilik dari pendekatan itu, kedai ini bukan hanya sekadar tempat kopi pada umumnya. Tetapi, menjadi tempat bertemunya pikiran kreatif dan berkumpulnya jiwa inspiratif yang saling mendukung satu dengan lainnya. 

Olahan Pribadi Bahan Utama

Tak hanya berusaha menciptakan kedai yang nyaman, Opiet juga mengutamakan cita rasa dalam hidangannya. Tak tanggung-tanggung, ia menciptakan ragam saus yang menjadi bahan utama makanan lezat di kedainya. Dengan dedikasi dan keterampilan pribadinya, owner kedai ini mampu menghadirkan sentuhan khas dalam setiap sajian menunya. 

Tentu, tak lupa dengan menawarkan ragam hidangan yang menggugah selera pelanggan. Bahkan, beberapa  ada juga yang menjadi menu favorit. Bakmie ‘nyemek’, ayam sambal hijau, dan yang terbaru adalah soto ayam ala Lamongan. “Tapi, bakmie ‘nyemek’ Jawa sih yang paling laris, karena pelanggan dapat mengatur tingkat kepedasannya,” tutur Opiet.

Bakmie Nyemek Dhandhang Gulo
Bakmie nyemek Jawa menjadi menu andalan yang dipesan oleh pelanggan Dhandhang Gulo. MANTRAIDEA/Dafa Wahyu Pratama

Prinsip yang sama juga Opiet terapkan pada minuman. Dengan penuh semangat menciptakan sirup racikan atau buatannya sendiri. Sehingga, memberikan rasa unik dan istimewa pada setiap minuman yang tersaji. Dengan penuh perhatian terhadap detail dan kualitas bahan, Dhandhang Gulo mampu memikat lidah pengunjung lewat hidangan dan minuman dengan cita rasa khas.

Seperti di salah satu sudut kedai, seorang pengunjung nampak sedang menikmati segelas milk tea di mejanya. Tomy namanya. Menurutnya, suasana yang tercipta di Dhandhang Gulo mampu membawanya kembali ke masa-masa gemilang era 70-an. “Selain rasa makanan dan minumannya enak, atmosfer di tempat ini sangat cocok untuk mencari inspirasi,” ujarnya.

Menilik dari hebatnya menciptakan bahan utama dari makanan dan minuman secara pribadi, Opiet pun juga mengajarkan keterampilan memasak pada para pegawainya melalui pelatihan. Selain itu, ia juga menerapkan Standar operasional Prosedur (SOP) sederhana untuk menjaga kualitas dan konsistensi dalam melayani pelanggan. “Kami semua masih belajar, jadi SOP-nya kecil-kecilan aja,” tambahnya.

Andalkan Pemasaran Manual

Dalam upaya memasarkan Dhandhang Gulo, Opiet memilih menerapkan strategi ‘Gethok Tular’. Artinya, mengandalkan promosi melalui ucapan dari mulut ke mulut. Opiet mempercayakan reputasi kedainya pada pengalaman pelanggan yang memberikan kesan positif kepada orang lain. 

Bercengkrama
Ruang bercengkrama yang nyaman memberikan reputasi positif diantara pelanggan. MANTRAIDEA/Dafa Wahyu Pratama

Disisi lain, Opiet mengungkapkan kekhawatirannya terkait kurangnya aktivitas sosial media, seperti pada akun Instagram @dhandhang.gulo. Beberapa pelanggan bahkan sempat menanyakannya. “Takut kalau ekspektasi mereka nggak sesuai dengan apa yang ada di sosial media,” tutupnya. 

Meskipun demikian, kedai ini tetap berhasil menarik minat pelanggan melalui pengalaman kuliner dan atmosfer vintage yang istimewa. Mengutamakan kualitas menu dan suasana nyaman yang membangun reputasi positif dengan sedikit mengandalkan promosi melalui media sosial.

Dengan ciri khasnya yang menghidupkan kembali nuansa masa lalu, kedai ini berhasil mencuri hati para pelanggannya. Menjadi tempat yang tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga mengisi jiwa dengan kehangatan nostalgia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *