Minutes Past Midnight, Ide Datang Tengah Malam

Minutes Past Midnight
Minutes Past Midnight, dari ketidak percaya dirian menjadi bisnis fesyen menarik. Sumber: Dokumentasi Minutes Past Midnight

Mantraidea.com ‘Dapatkan diri sendiri dulu, baru dapatkan bisnis,’ prinsip yang selalu dipegang laki-laki berusia 20 tahun dengan gaya retro yang melekat. Kini dirinya sedang merintis sebuah bisnis. Ilyas Hidayatullah, sudah sejak lama ia menyukai seni. Mencari jati diri disana dan mendapatkan dirinya.

Goresan Tengah Malam

Ilyas, kegemarannya terhadap seni mengantarkannya untuk mempelajari musik, gambar bahkan lukis. Coretannya membentuk sebuah karya dengan filosofi yang menarik. Mengutarakan suara hati yang tak tersampaikan dengan kata. Itu juga yang menuntunnya terjerumus ke dunia desain, SMK Negeri 4 Malang yang menjadi pilihannya.

Setelah masa Praktek Kerja Lapangannya (PKL) usai, ternyata dunia sedang dilanda pandemi. Ilyas yang memang terbiasa beraktivitas tidak bisa duduk diam. Ia memutuskan menjadi reseller kaos kaki dan juga masker yang memang sangat dibutuhkan saat itu. 

Berkat coretan gambarnya, terbesit keinginan untuk melebarkan sayap di bidang desain. “Awalnya nggak ada niatan buat dijual, gambarku aneh, dan nggak PD (Percaya Diri),” tutur Ilyas. Pop Punk yang menjadi genrenya dalam bermusik, ternyata juga menjadi sumber inspirasinya. 

Cerita diri sendiri yang tak sempat ia salurkan ke orang lain. Kerap kali, ditorehkan dalam goresan karyanya. Tak luput juga cerita dari orang sekitar yang benar-benar melekat dalam ingatannya. Ia tuangkan dalam desain yang sekarang ia jual. 

Minutes Past Midnight lahir dari gagasan itu. Sebuah sketsa yang menumpuk ketika malam tiba. “Ide itu sering datang pas menit-menit terakhir di tengah malam,” ujarnya ketika ditanya filosofi dari brand yang ia buat. Kaus dengan desain yang Ilyas buat sendiri.

Desain dan Ceritanya

Semua orang ingin sukses dengan versinya masing-masing. Tak pandang usia bahkan pengalaman. Meskipun tak ada niatan awal, tapi kegemaran itulah yang mengantarkannya ke bisnis. Kejujuran dan kerja ikhlas selalu berada di genggamannya.

Meski bisnis yang dimilikinya telah berjalan sesuai dengan apa yang telah ia rencanakan, tetapi ia memilih untuk mempertahankan prinsip kejujuran. Ilyas menegaskan bahwa ia belum pernah melakukan promo pada produknya. “Kalau tiba-tiba ada promo, kasian orang yang beli dengan harga normal,” jelasnya.

Selama ini ia hanya mengandalkan promosi di Instagram, Whatsapp, Shopee, dan Tokopedia. Cara lain yang ia lakukan untuk meringankan konsumennya ialah memberi gratis ongkir pada setiap pembeliannya. Terutama Jawa dan Bali.

Dalam menciptakan karya, Ilyas menegaskan bahwa ia tak pernah memikirkan laba dari produk-produknya. Menurutnya, yang terpenting pesannya tersampaikan dalam karya. Bisa dinikmati orang lain dan menjadi kepuasan tersendiri.

Dalam desain yang ia buat, sebenarnya tidak memiliki arti khusus. Ia hanya ingin menyampaikan cerita-cerita menarik di sekitarnya. Menariknya, semua desain yang ia keluarkan bersifat limited edition, hanya sekali produksi.

Seperti salah satu desainnya yang kini telah sold out. “Soal orisinalitas, emang semua hal itu orisinil?” tanyanya. Memulai cerita bagaimana desain itu dibuat. Dari perdebatan bersama temannya yang ternyata tidak menemukan ujung. Terbesit di pikirannya untuk menjadikan hal itu sebuah karya dengan berlatar kaus warna hijau.

Salah satu katalog Minutes Past Midnight soal perdebatan orisinalitas. Sumber: Dokumentasi Minutes Past Midnight

Baginya tak ada hal yang otentik untuk saat ini. “Aku menjadi aku, karena kamu,” tutur mahasiswa semester empat itu. Karena diera saat ini tidak ada hal yang orisinil. Semua sudah tercampur dengan inspirasi yang dilihat.

Seni untuk Inspirasi

Sejauh ini, memang Ilyas masih menggunakan vendor dalam urusan produksi kaus dan sablon. Hal itu dilakukan karena tak ada karyawan dan minimnya alat yang dipunya. Tapi, tak menyurutkan tekad Ilyas untuk tetap mengembangkan usaha yang dimilikinya. 

Dalam hal sablon, Ilyas memiliki standar yang ia buat. Teknik sablon yang digunakan masih dengan teknik manual. “Kualitasnya lebih oke. Alhamdulillah, tiga tahun ini belum ada respon negatif,” jelasnya

Proses sablon dengan menggunakan teknik manual. Sumber: Dokumentasi Minutes Past Midnight

Menyukai tantangan, tak heran jika bereksperimen selalu dipilihnya untuk mencoba hal baru. Seperti rencananya ke depan, produksi kaus polo, kemeja, dan celana. Ilyas berharap hal ini dapat terus mengembangkan brand-nya dan memberikan nilai yang memuaskan kepada customer setianya. 

Menurutnya, usaha seperti ini akan bertahan dengan jangka waktu yang cukup lama. Bukan tanpa alasan Ilyas mengatakan kalimat itu. “Meskipun di era sekarang yang semua serba digital, ide itu tetap asalnya dari manusia,” tutupnya.

Pada setiap karya yang ia hasilkan, Ilyas berharap bahwa karyanya dapat menyampaikan pesan positif dan memberikan inspirasi bagi orang lain. Selain itu, ia juga percaya bahwa dalam setiap karya seni terdapat nilai-nilai yang dapat diambil dan dipelajari. 

Baginya menjadi seorang pelaku seni bukanlah hanya soal laba, tetapi merupakan wadah untuk mengekspresikan diri dan menginspirasi orang lain. terutama di masa pandemi beberapa tahun terakhir, tak sedikit orang yang mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan atau dalam mempertahankan usaha. Namun, ia dapat membuktikan bahwa dengan kreativitas dan semangat, kita semua tetap bisa menciptakan sebuah peluang dalam meraih kesuksesan. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *