Bakmie Xiehokki: ‘Bakmi Hoki’ Rasa Autentik​

Portrait Afiq, salah satu owner dari Bakmie Xiehokki. MANTRAIDEA/Wahyu Orazah.

Mantraidea.com – Bagi kebanyakan orang, kuliah dan bekerja merupakan dua hal  yang sulit jika sekaligus. Tuntutan biaya kehidupan hingga beban dari keluarga menjadi pertimbangan. Serta, petuah yang sering kita dengar bahwa tanda dewasa adalah mereka yang bisa menghasilkan uang dari keringatnya sendiri.

Saat ini, banyak mahasiswa yang dibuat gamang oleh keadaan. Aktif kuliah tapi juga ingin aktif menghasilkan cuan. Berakhir harus mengambil keputusan untuk mengorbankan salah satunya. Antara bekerja atau kuliah. Tujuannya sama untuk berlomba pada diri sendiri, menentukan nasib seperti apa ya kedepan.

Satukan Rasa yang Autentik

Afiq Ahzani (23), mahasiswa aktif dari Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA). Saat ini, Afiq sedang merintis bisnis yang diberi nama ‘Bakmie Xiehokki’. Yap! orang-orang menyebutnya ‘bakmi hoki’. Bisnis tersebut ia jalankan bersama teman barunya di Malang, Gege (21) mahasiswa asli Universitas Brawijaya (UB).

Keduanya bertemu di salah satu program di UB, yaitu AWMM (Akademi Wirausaha Mahasiswa Merdeka). Layaknya Yudistira dan Arjuna, mereka sukses membentuk chemistry. Bahkan di awal pertemuan mereka. 

Meski di usianya yang muda, owner dari bakmi ini juga tidak ngawur dalam memimpin para staff-nya. “Mereka berdua adalah pemimpin yang baik,” ujar Alan, content creator Bakmie Xiehokki. Dari sudut pandangnya, Afiq dan Gege saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Tentu, hasil yang cukup baik pun tidak mengherankan untuk mereka dapatkan. 

Bakmie Xiehokki adalah bisnis F&B (Food and Beverage), yang mengkolaborasikan dua budaya sekaligus di dalamnya. “Rempah-rempah khas chinese dan Nusantara disatupadukan hingga menciptakan rasa yang autentik,” ucap Afiq salah satu owner dari Bakmie Xiehokki. Inovasi yang mereka kembangkan tak lain bertujuan agar diterima dengan baik oleh pelanggan. Yang kebanyakan adalah anak muda. 

Terbukti Bakmie ini berhasil menciptakan rasa yang berbeda dari bakmi lainnya di Malang. Perpaduan rasa gurih dan manis dari madu, menghasilkan rasa yang khas dan nikmat. Menariknya, bakmi yang identik dengan daging babi, kini mereka sulap menggunakan daging sapi dan ayam. Alasannya cukup menyentuh hati, agar semua kalangan dapat menikmatinya tanpa rasa khawatir. 

Bakmi dan Keberuntungannya

Bakmie Xiehokki, baru berjalan delapan bulan, dari awal September 2022 kemarin. Tak butuh waktu lama, untuk bakmi tersebut menemukan pencintanya. Seperti arti namanya, bakmi keberuntungan. Pantas saja jalan yang ditempuh Afiq  dan Gege, penuh akan kemujuran. 

Kerennya, saat pertama kali bakmi ini diperjualbelikan, dua owner itu menggunakan sistem Pre Order (PO). Respon positif terbukti dengan terjualnya 65 pcs bakmi. Tentunya, menjadi awal yang bagus untuk melanjutkan keberuntungan mereka.

Respon dari pembeli semakin menegaskan bahwa Bakmie Xiehokki memiliki kualitas produk yang mumpuni. “Saya paling suka bakmi ayam merah madu sih, tekstur mi kenyal, kuahnya juga sedap,” review Ayu, salah satu penikmat Bakmie Xiehokki. 

Bakmi ayam merah madu, salah satu menu andalan Bakmie Xiehokki. MANTRAIDEA/Wahyu Orazah.

Tak hanya mengandalkan keberuntungan semata, melancarkan pemasaran yang unik nan epic juga ikut serta bersama pemilik Bakmie Xiehokki. “Yang spesial dari bakmi hoki bukan hanya rasa serta bumbunya, tetapi cara kita memasarkan produk dengan konsep pacar online,” imbuhnya sambil tertawa.

Konsep itu menjadi ciri khas Bakmi Xiehokki. Melibatkan para pembeli untuk sekedar membagikan cerita asyik di setiap perjalanannya. Alhasil bakmi satu ini punya pelanggan militan. Mereka menamai para anggotanya dengan club keberuntungan.

Proses Panjang Afiq untuk Menang

Bisnis Bakmie Xiehokki yang berjalan, tentunya bukan perkara mudah dan instan. Perjuangan dan pengorbanan turut menjadi bagian dari apa yang ia miliki sekarang. Tak gampang merasa puas, menjadikannya pribadi yang terus berinovasi. Tak heran, jika Afiq telah menemukan timbal balik dari apa yang dilaluinya selama ini.

Sedari SMA, Afiq sudah menggeluti dunia bisnis, sebagai dropshipper. Lanjutnya, saat kuliah ia mencoba membangun beberapa brand. Atas jerih payahnya, Afiq berhasil mendirikan brand fashion dan juga mencoba bisnis madu. Tak habis pikir, sebanyak 1.200 botol madu ludes terjual.

Suasana Bakmie Xiehokki sesaat sebelum jam buka puasa. MANTRAIDEA/Wahyu Orazah.

Tumbuh dan besar dalam keluarga berdarah pebisnis. Benar saja, pengalaman dan lingkungan adalah guru terbaik. Sebab, insting pebisnis Afiq tumbuh pesat seiring dengan ambisinya. Rasa penasarannya, membuat Afiq kompeten menekuni bisnis yang sekarang ia dijalani. 

Owner Bakmie Xiehokki berpesan bahwa ketika akan menjalankan bisnis, persiapan mental juga perlu. Kejadian di tengah jalan, tak ada yang tau. “Pilihannya hanya dua, mental akan surut atau malah makin semangat,” imbuhnya.

Kemenangan yang ia dapati bukan tanpa pengorbanan. Pada akhir masa perkuliahannya, ia menemukan sebuah persimpangan jalan. Kuliah atau bisnis, menjadi pertimbangan terberatnya. Sayangnya, Afiq memilih untuk cuti kuliah demi bisnisnya. Ia menyadari bahwa berbisnis itu harus totalitas. 

Kota Malang menjadi pelabuhan Afiq, dari perjalanannya yang sangat panjang. “Biaya kuliah dari semester empat gue tanggung sendiri. Sekarang hidup di Malang juga dengan duit sendiri,” bangga Afiq. Finalnya, Bakmie Xiehokki berhasil bertahan dengan memiliki dua investor hingga saat ini. 

Usia muda memang menjadi momentum yang pas, untuk merasakan jatuh bangunnya kehidupan. Banyak orang yang sudah melampaui batasan kesuksesannya, sebut saja nama panutanmu. Usaha tidak akan mengkhianati hasil,” kalimat yang klise. Tapi, jika melihat cerita perjalanan dari Afiq, sepertinya kata-kata tersebut bukan hanya menjadi sebuah wejangan dari mama semata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *