Menilik Ide Sambaternak, One Stop Solution Sahabat Peternak

Kunjungan tim Sambaternak ke Dinas Peternakan Kota Malang guna melakukan kerja lapangan. Sumber: Dokumentasi Sambaternak

Mantraidea.com Siapa yang tak resah ketika hewan ternaknya sakit dan perawatannya tidak sesuai? Kiranya hal ini juga yang dipikirkan oleh Dedi Mujahidin dan kawan-kawannya. Hingga akhirnya terbesit ide untuk menawarkan solusi melalui platform online

Gagasan Awal

Sebuah ide bisa muncul kapan saja dan dimana saja. Bahkan, ketika sedang asik bercengkerama. Hal itulah yang dialami oleh Dedi Mujahidin dan teman-temannya. Membahas beberapa isu terkini dan merealisasikannya melalui terobosan baru.

Tak bisa ditampik bahwa tahun lalu Indonesia mengalami fenomena maraknya penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak. Ditambah dengan kurangnya edukasi untuk merawat dan mencegah penyakit ternak bagi para peternak.

Alih-alih mendapatkan informasi faktual terkait bahaya dan pencegahan. Justru informasi simpang siur yang beredar. Dari hal itu, munculnya inovasi untuk menciptakan platform online, yaitu Sambaternak. “Bayangkan sapi yang terjangkit penyakit dan kita mengkonsumsi dagingnya, tentu bahayanya akan kembali ke kita,” terang Dedi dengan gamblang.

Rangkaian konsep mulai disusun bersama teman-temannya, yang sekarang menjadi timnya. Mengenai bagaimana kiranya sebuah peternakan dapat dikelola lebih efisien dan menghasilkan produk yang lebih berkualitas. 

Segmentasi audiens yang dipilih yaitu para peternak-peternak modern yang berada di Jawa Timur. Serta, saat ini masih berfokus pada ternak ruminansia.

Nama Sambaternak pun dipilih. Kreatifnya, nama itu merupakan gabungan dari dua kata. ‘Sambat’ dalam Bahasa Jawa diartikan sebagai keluh-kesah, dan ’Ternak’ sebagai fokus edukasi dan layanan mereka.

Kolaborasi dan Aksi

Sampai saat ini total anggota tim Sambaternak masih berjumlah delapan orang terhitung Dedi. Orang-orang inilah yang bekerja bersama di depan dan di belakang layar. Uniknya, tim ini bukanlah dari satu jurusan yang sama. Namun, mampu menyatukan pikiran dan menghasilkan karya yang luar biasa. 

Dedi Mujahidin (Teknik Informatika 2019) menjadi ketua Tim Sambaternak di depan layar. Dirinya kini menjabat sebagai founder dan CTO (Chief Technology Officer). Sedangkan Nuril Nikmatuzzahro (Peternakan 2019) menjabat sebagai Co-founder dan CEO (Chief Executive Officer). Lalu untuk Co-founder dan CMO (Chief Marketing Officer) diisi oleh Eva Hamzah (Akuntansi 2019). dan Amalia Mufida D (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2020) sebagai COO (Chief Operating Officer).

“Tantangan kreativitas anak muda zaman ini itu kolaborasi,” Dedi menjelaskan pendapatnya. Dari tantangan itu memunculkan sebuah pilihan. Menjadi berbeda atau biasa saja. Dan menjadi berbeda adalah keputusan yang kemudian diambil Sambaternak. Menggabungkan teknologi dan edukasi peternakan menjadi satu kesatuan yang sangat menarik. Sistem One Step Solution telah dipilihnya.

Website dan platform online menjadi media bagi Sambaternak untuk menjangkau audiensnya. Melalui hal itu, kemudahan untuk para peternak modern dalam merawat dan menjaga ternak kesayangannya didapatkan. Dengan menghadirkan berbagai layanan mulai dari update berita peternakan, pembelian obat dan vitamin ruminansia, edukasi dan manajemen ternak, konsultasi antara peternak dan para ahli atau dokter hewan profesional, sampai dengan deteksi penyakit berbasis kepintaran buatan AI (Artificial Intelligence)

“Faktanya di lapangan masih banyak obat dan vitamin yang dipertanyakan kelayakan dan izin edarnya,” ujar Dedi. Dari fakta tersebut, Dedi bersama timnya menyediakan sebuah layanan sebagai alternatifnya. Yaitu, layanan untuk pembelian obat dan vitamin yang sudah lulus BPOM dari dokter. 

Hebatnya, Kolaborasi lapangan pernah juga ia jajal dengan menggaet beberapa peternakan. Termasuk Dinas Peternakan Kota Malang dan kota lain di Jawa Timur. 

Sabet Berbagai Prestasi

Menghadirkan inovasi baru, tak heran jika Sambaternak mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Meskipun, awalnya tak sedikit pula yang menganggap bahwa inovasinya terlalu berfokus pada peternakan saja.

Namun nyatanya, semangat Dedi dan rekan lainnya tak padam begitu saja. Seperti tahun 2020 lalu, berpartisipasi dalam ajang KMI Expo dengan kategori IWDM (Inovasi Wirausaha Digital Mahasiswa). Sambaternak mendapat kesempatan untuk bersaing dengan 60 tim yang lolos di tahap KMI Award dari seluruh Indonesia.

Partisipasi Sambaternak pada ajang KMI Expo, 2020. Sumber: Dokumentasi Sambaternak

Dilanjutkan menjadi finalis dalam ajang “Youth Economic Leadership Program” yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Kerennya, awal tahun 2023 Sambaternak kembali  menunjukkan prestasinya. Terpilih untuk berkolaborasi di MCC atau Malang Creative Center Batch 1 yang diadakan oleh Pemerintah Kota Malang.

Pencapaian itulah yang terus membuat Dedi dan tim tidak pantang menyerah. “Sebenarnya masih banyak PR, bisa dibilang sejauh ini baru berjalan 70%, akan tetapi kami masih terus memberikan yang terbaik,” jelasnya. 

AI untuk Deteksi Penyakit

Berbeda dengan beberapa sektor di bidang aplikasi, gim, dan DKV yang lebih cenderung skeptis dengan keberadaan kepintaran buatan. Sambaternak malah menggandeng AI atau Artificial Intelligence untuk melancarkan programnya.

Fitur deteksi penyakit yang tersedia di website dan platform online Sambaternak ini menggunakan sistem Image Processing. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi terkait penyakit luar yang dialami oleh ternak. Informasi tersebut dapat berupa nama penyakit ataupun artikel dan jurnal yang membahas tentang penyakit serupa.

Secara pribadi Dedi mengatakan bahwa dirinya merasa teknologi diciptakan untuk membantu manusia, bukan untuk menjajah. Sehingga, ia tidak takut bahwa peran manusia akan digantikan oleh mesin.

“Kalau dulu memang ada masa 4.0, dimana teknologi dapat menggantikan manusia,” ucapnya. Namun di era 5.0 ini, teknologi diharuskan untuk humanis.  Sederhananya, tidak sebagai penjajah manusia.

Pria itu juga menjelaskan bahwa perkembangan teknologi tidak dapat dicegah, justru harus dihadapi. Karena pada dasarnya, orang yang hidup berdampingan dengan teknologi adalah orang yang dapat memanfaatkan teknologi. Bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang sekitarnya juga. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *