One Stop Shopping jadi Langkah Pilihan Sintetic Store

Salah satu pelanggan memilih produk yang disediakan di Sintetic Store. MANTRAIDEA/Lailia Nor Agustina

Mantraidea.com- Sebagai kota pendidikan tak salah jika kreativitas anak mudanya tak pernah surut. Ide dan inovasi kreatif selalu bermunculan di benak mereka, terlebih dalam dunia bisnis. Seperti “Sintetic Store” bermula dari pemanfaatan peluang bisnis yang dibangun oleh salah satu kawula muda di Malang.

Solusi dan Wadah

‘Punya bisnis clothing, itu impian anak muda’ Yap! statement itu sering muncul dari cerita beberapa anak muda yang kini sukses berkecimpung di dalamnya. Menawarkan berbagai pilihan produk fashion umumnya kaus, jaket, sandal, tas, kemeja, hoodie, dan masih banyak lagi. 

Keberadaan clothing tentu tak jauh dari istilah distro atau distribution store. Sebuah toko yang menjual produk dari berbagai brand. Sebenarnya, istilah keduanya bukan hal asing lagi ditelinga, terutama bagi mereka yang mengikuti tren fesyen. Kini, keduanya ini semakin digeluti oleh banyak anak muda. Salah satunya adalah Sintetic Store. 

Ialah Dwi Handoyo atau yang akrab disapa Dwi, sosok dibalik suksesnya brand Sintetic Supply dan Sintetic Store. Membuka usahanya sejak tamat kuliah dari Universitas Negeri Malang jurusan Ekonomi Pendidikan. Merangkak dari reseller kaus polos, hebatnya kini justru jadi owner. 

Beberapa anak kuliah tentu pernah menjalankan pendidikannya dengan diselingi kerja, freelance contohnya. Hal itu juga yang dilakukan oleh Dwi. Berkat gaji yang diterima, uang itu ia putarkan menjadi modal bisnis yang ia tekuni hingga saat ini. “Sekitar dua sampai tiga      juta dulu yang tersisa, ada ide, langsung aku eksekusi jual kaus polos,” ujarnya. 

Dulu yang hanya statement belaka, kini berada dalam genggamannya. Menurutnya, Dwi dan bisnisnya ikut andil dalam pembuatan tren kaus polos kala itu. Meskipun hanya menjual produk polosan, tapi perlahan semakin dikenal dan punya banyak pelanggan.

Sintetic Store, nama yang ia pilih. Nama ‘Sintetic’ dimaksudkan dengan adanya perpaduan beberapa bahan untuk menjadi bahan baru yang lebih terjangkau dan berkualitas. 

Sederhananya, ia mendirikan sebuah distro yang ditujukan sebagai wadah clothing brand lokal asli Malang. Terutama bagi mereka yang merintis, belum punya toko. Kattoen, Wasphis Denim, Radtitude dan masih banyak lagi. 

Dibalik Sintetic Store

Banyak brand dan distro yang sudah terkenal di Kota Malang. Tapi, banyak juga brand yang belum memiliki wadah untuk memperjualbelikannya. Oleh karena itu, Sintetic Store hadir. 

Sejauh ini, Sintetic Store lebih dikenal dengan sentra kaus polos dengan penawaran harga yang terjangkau. “One stop Shopping, kalau kata orang-orang sih gitu,” ujarnya sambil tertawa. 

Adanya distro ini untuk membangun ekosistem clothing di Malang. Menurutnya, banyak brand lokal yang beredar, tapi bukan produk asli Malang. Dwi ingin memutarkan dan memeratakan ekonomi Malang, serta memberikan wadah untuk brand lainnya. “Kalau jual sendiri itu susah loh, distro ini juga bisa disebut galerinya bisnis,” tuturnya.

 

Salah satu katalog dari Waspish yang turut serta kolaborasi dengan Sintetic Store: Dokumentasi Waspish

Keberhasilannya dalam berbisnis ditandai dengan awalan fenomena orang-orang berburu kaus polos. Tren itu pernah ia lalui, tokonya diserbu pelanggan dan berhasil membuat ‘habit’ baru. Hingga akhirnya, tren kaus polos berkembang menjadi kaus strip dan hoodie polos. 

Kala itu, ia juga memberikan contoh Outfit of The Day (OOTD), melalui katalog produk. Serta, mengkampanyekan bahwa kaus itu cukup fleksibel. Dari tren fesyen menjadi tren bisnis, itulah sebutan yang cocok untuk peluang yang diambil owner Sintetic Store ini. 

Adanya brand yang masuk, tentu tak jauh dengan kesepakatan yang terjalin antar owner-nya. Dari mulut ke mulut, mereka pun berkolaborasi. Kenalan, ngobrol, dan berakhir dengan ucapan ‘deal’. Dari situ, brand orang lain ikut diperjualbelikan di Sintetic Store. Meskipun, tak ada hitam di atas putih. 

Tak ada promosi spesial yang dilakukan Sintetic Store, kecuali melalui pemanfaatan media sosial. Dwi juga memberi dukungan dibeberapa event. Namun, brand yang ditampungnya juga melakukan promosi dan marketing secara mandiri. 

Keuntungan didapatkan dari kedua belah pihak dengan sistem potongan per bulan di setiap penjualan brand-nya. Menurutnya, bisa jalan bareng dengan produk yang lain adalah kebanggaan tersendiri baginya. 

Jasa yang Ditawarkan

Distro yang kini ia kembangkan, memang berangkat dari kaos polosan dan kini menambah jasa sablon. Menurut ceritanya, hal itu dihadirkan hanya karena kebutuhan. Ya, kebutuhan hidup dengan menciptakan peluang kerja bagi orang lain. 

Custom sablon printing dominan dipilih pelanggan, dengan pembelian satuan. Sumber: Dokumentasi Sintetic Supply

Produk bergambar yang dirintisnya bermula dari kerja sama dengan salah satu vendor sablon di Malang. Perlahan ia menyadari bahwa sudah seharusnya ia meminimalisir pengeluaran. “Butuh biaya tambahan untuk ke vendor. Jadi, aku putuskan untuk sablon sendiri, lebih hemat,” jelasnya. 

Bahkan, Sintetic Store menerima custom sablon. “Kausnya bisa bawa sendiri atau beli langsung di kita,” ucapnya. Kaus yang diproduksi pun dipilih dengan bahan 24s. Dibandrol dengan harga mulai dari Rp. 15.000, dengan proses pengerjaan satu hingga tiga hari. 

Sablon satuan yang menggunakan teknik manual diantaranya sablon printing (DTF atau Direct Transfer Film), sablon polflex, dan sablon polyflox. Sedangkan, sablon lusinan dengan teknik digital, ia menawarkan sablon plastisol, rubber, dan superwhite

Adanya jasa sablon, tentu tantangannya juga bertambah. Apalagi ketika ada barang yang reject atau hasilnya tak sempurna. Namun, menurutnya pelanggan sudah mengetahui risiko dari sablon yang ia pilih. “Pembeli pun sadar, sablon manual itu tahan lama tapi nggak bisa satuan. Kalau satuan malah banyak risiko,” jelasnya.

Rencana kedepan yang akan diambil oleh Dwi menurutnya masih susah. Alasannya, karena era sekarang dapat dikatakan era pemulihan dari pandemi. Pasarnya pun harus dicari ulang, konsumen juga tidak seperti dulu. Oleh karena itu, ia menuturkan untuk tetap menonjolkan jasa sablonnya untuk saat ini. 

Banyak orang yang sedang merintis usaha, tapi banyak juga orang yang tidak memberikan kesempatan kepada orang lain. Saling membantu dan kerja sama yang apik perlu lebih digentarkan. Agar, pemerataan ekonomi lebih cepat untuk ditingkatkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *