Opini: Dikira Gampang, Banyak Orang Kebelet jadi Pengusaha Muda

pengusaha muda
Jadi pengusaha muda adalah impian banyak orang. Asalkan, sebelum memutuskan merintis sebuah usaha harus mempertimbangkannya secara matang. MANTRAIDEA/Wahyu Orazah

Mantraidea.com – Banyak anak muda Indonesia yang mengincar peluang jadi pengusaha muda. Menurut survei dari media online, minat Gen Z hingga Milenial untuk bikin usaha sendiri terus meningkat dari tahun 2019 hingga 2024. 

Bahkan, data dari KOLABORASI.COM menunjukkan sekitar 58% responden survei menyatakan ketersediaannya sebagai pengusaha muda. Sisanya, masih mempertimbangkan jalur idaman para mertua seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) ataupun karyawan swasta.

Hal ini selaras dengan laporan investasi ASEAN pada akhir tahun 2022 yang dirilis oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). Data tersebut menunjukkan jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang mencapai 65,46 juta. Bahkan, angka ini mencakup lebih dari 60% dari kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia.

Disisi lain, julukan jadi entrepreneur juga mencuat akhir-akhir ini. Sayangnya, banyak orang yang belum memahami perbedaan entrepreneur dan pengusaha. Padahal, keduanya memiliki arti yang berbeda secara konseptual.

Perbedaan Entrepreneur dan Pengusaha

Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami definisi dari cita-cita anak muda di Indonesia ini. Pengusaha merupakan sebuah sebutan bagi mereka yang fokus membangun bisnis atau usahanya sendiri. Serta, pekerjaannya tidak terikat dengan orang lain. 

Tentu, hal ini berbeda dengan pengertian entrepreneur. Jika mengutip dari kesimpulan Steve Gedeon, entrepreneur adalah seseorang yang mencoba mengembangkan bisnis melalui serangkaian inovasi, baik pada perusahaan yang dimilikinya maupun milik orang lain.

entrepreneur. Mantraidea
Perbedaan arti antara entrepreneur dengan pengusaha sering diabaikan. Padahal, keduanya memiliki keterikatan pekerjaan yang berbeda. Sumber: Canva

Perbedaan entrepreneur dan pengusaha terletak pada fokusnya. Jika pengusaha, tidak sedang bekerja untuk orang lain. Sedangkan, seorang entrepreneur dapat memiliki keterikatan pada perusahaan tempat ia bekerja. Jadi jangan keliru lagi ya, calon pengusaha muda Indonesia!

Alasan Jadi Pengusaha

Kalau dipikir-pikir, peningkatan jumlah pekerja mandiri alias indie seperti pengusaha muda di Indonesia seolah jadi indikator positif. Justru, bagus banget. Mengingat perannya dapat memacu ekonomi kreatif domestik hingga mengurangi tingkat pengangguran terbuka yang didominasi oleh anak muda.

Tapi, alasan jadi pengusaha yang ada di benak anak muda ini apa? Pengen cepat kaya atau emang passion-nya yang menginginkan seperti Bob Sadino hingga Steve Jobs? Hanya mastiin aja, takutnya ini cuma jadi ajang FOMO (Fear Of Missing Out). Ikut-ikutan tren sampai salah mengira kalau passion tuh butuh keahlian.

Kalau tujuannya sebagai alternatif passive income, jadi pengusaha memang lumayan memberikan surprise pemasukan pas lagi nggak ada kerjaan. Tapi, ada pula yang hobi usaha tanpa arah, nggak tahu apa yang mau dituju. Bukannya ngasih tambahan pemasukan, malah harus bolak-balik cari pinjaman.

Dalam dunia bisnis, semua memiliki jalannya masing-masing. Hanya saja dari beberapa teman yang ku temukan, ambisi mereka buat jadi pengusaha ini terdengar naif dan cetek. Kebanyakan dari mereka, alasan jadi pengusaha muda karena tidak ingin jadi budak korporat di sebuah perusahaan. Sial, pas ditanya ‘udah pernah cobain kerja kantoran apa belum?’ banyak yang belum menjajal dan merasakan pengalaman tersebut. Bahkan, ngelamar pekerjaan aja belum pernah. 

Bakal cuek sih, kalau orang lain yang ngomong gitu. Cuma karena teman sendiri, rasanya pengen kupukul kepalanya sambil bilang ‘Coba turunkan egomu dulu!’ Masih mending kalau berangkatnya jadi pengusaha muda, modal nerusin bisnis keluarga. Lah ini di keluarganya nggak ada background pebisnis, eh malah mau disetir egonya berdasarkan passion. 

Lagi pula, Jack Ma CEO Alibaba Group juga nggak tiba-tiba bikin usaha sendiri tanpa pengalaman kerja kali. Bahkan, sekelas Elon Musk sebelum bikin usaha sendiri, juga sempat buat melamar pekerjaan dulu di Netscape. 

Pengusaha vs Budak Korporat

Banyak yang bilang, enaknya jadi pengusaha muda karena bisa kerja sendiri dan tidak terikat oleh apapun serta siapapun. Sayangnya, malah seperti seorang individu bermental bossy. Enggan menerima arahan dan hanya mau yang nyuruh pokoknya. Bagus sih kalau punya sikap leadership yang oke. Tapi, minimal bisa dong bedain antara bossy dan leader

Selain itu, alasan jadi pengusaha muda karena nggak pengen jadi budak korporat, ada benernya. Tapi, ada juga yang belum tahu arti budak korporat itu apa. Kemarin sempat scroll sosial media, terus menemukan konten yang mencampuradukkan istilah perbudakan dan budak korporat. Padahal, itu dua hal yang berbeda.

budak korporat
Budak korporat jadi salah satu ekspresi warganet perihal perilaku atasan perusahaan yang semena-mena dengan karyawannya. Sumber: Youtube_Enobening.

Sejak abad ke-14, istilah perbudakan masih merujuk pada sebuah keadaan di mana manusia dianggap sebagai objek atau properti. Gampangnya, manusia dinilai sebagai barang lah. Sedangkan, budak korporat yaitu kondisi di mana lingkungan kerja tidak sehat bagi karyawan. Misalnya saja, deadline yang nggak realistis. Lalu, uang lembur yang lupa di bayar, sampai tuntutan tugas yang nggak sesuai role job-desk. Istilah ‘budak korporat’ ini semakin populer, karena banyak perusahaan yang mengeksploitasi karyawannya sendiri. 

Bahaya Kecanduan Motivasi

Bisnis yang sukses seringkali berangkat dari sebuah permasalahan. Artinya, kalau motivasinya mengandalkan demand yang tidak terpenuhi, maka potensi keberhasilannya pasti lebih tinggi. Sama halnya dengan keinginan jadi pengusaha sukses muda di Indonesia berkat konten motivasi di sosial media, potensi untuk menuju kegagalan juga besar.

Harus diakui, konten-konten motivasi di sosial media memiliki banyak peminat karena mampu memanipulasi emosi para penontonnya. Motivasi memang penting, bahkan sangat penting. Namun, terlalu bergantung pada motivasi eksternal dapat mempengaruhi seseorang untuk bersikap kurang realistis.

Dorongan semangat untuk melakukan hingga mencapai sesuatu justru diperlukan. Tapi, berbahaya kalau pengen jadi pengusaha muda mengandalkan motivasi lewat konten sosial media yang belum jelas kebenarannya. Lebih baik menumbuhkan inspirasi dari diri sendiri, daripada terjebak dalam hasrat konsumsi motivasi orang lain.

ParaMantra bebas bermimpi untuk jadi pengusaha sukses muda di Indonesia. Namun, mempertimbangkan sikap realistis juga diperlukan. Idealis boleh saja, tapi ingat bahwa idealis itu soal berkompromi. Percuma idealis tapi lupa kalau perut lagi kelaparan. Coba komen, kalau ParaMantra punya sanggahan soal opini kali ini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *