Artificial Intelligence: Ancaman Terhadap Eksistensi Joki Tugas?

Artificial Intelligence
Kehadiran ChatGPT menjadi tantangan baru bagi pekerjaan joki. Sumber: freepik.com

Mantraidea.com- Tahun 2023, perkembangan teknologi telah mengubah cara mahasiswa menghadapi tugas kuliah. Seiring dengan kemajuan teknologi mencari informasi untuk menjawab pertanyaan tugas menjadi lebih mudah. Seperti mesin pencari dan platform online, yaitu Artificial Intelligence yang semakin populer dan terus berkembang. Selain itu, munculnya profesi pekerjaan joki yang dicari oleh mahasiswa juga menarik perhatian.

Namun, pertanyaan muncul apakah profesi joki ini benar-benar memanfaatkan keahlian pribadi dalam mencari jawaban? Atau mereka juga menggunakan Artificial Intelligence (AI) seperti ChatGPT (Generative Pre-Training)? Jawabannya bervariasi. AI merupakan cabang ilmu komputer yang bertujuan menciptakan komputer atau sistem yang dapat meniru dan mengeksekusi tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Salah satu implementasi AI yang menonjol adalah ChatGPT, sebuah chatbot yang dikembangkan oleh OpenAI. Dengan tujuan khusus untuk membantu memberikan informasi dan jawaban secara instan.

Beberapa joki mungkin hanya mengandalkan keahlian pribadi mereka dalam mencari jawaban, dengan menggunakan teknologi yang tersedia secara instan. Sementara itu, ada kemungkinan juga bahwa beberapa joki juga memanfaatkan kecerdasan buatan atau alat bantu AI untuk membantu mereka dalam mencari informasi dengan lebih efisien. Lantas, kalau ada Artificial Intelligence kenapa harus menggunakan jasa joki?

Ancaman dari Kehadiran AI

Jasa joki tugas telah menjadi fenomena yang kontroversial dalam dunia pendidikan. Namun, adopsi teknologi Artificial Intelligence (AI) yang semakin meluas telah mengubah pandangan di kalangan mahasiswa. Menurut laporan dari kumparan.com, penggunaan AI dalam konteks pendidikan mencakup pengembangan aplikasi teknologi seperti Massive Open Online Course (MOOC) yang digunakan untuk pembelajaran online. AI juga dirancang untuk mendukung pemenuhan tugas-tugas dengan kemampuan mencari dan menyajikan informasi secara cepat dan akurat.

Salah satu pelaku joki tugas, AC (inisial nama) dimana sistem kerjanya melibatkan pencarian jurnal dan artikel sesuai dengan tugas yang diberikan klien. Meskipun ia jarang menggunakan AI dalam pekerjaannya, ia menyadari potensi AI dalam membantu mencari judul yang tepat atau kata kunci yang sesuai.

Namun, ia juga menyadari adanya ancaman lain. Keberadaan AI dalam dunia pendidikan memungkinkan terjadinya penurunan permintaan terhadap jasa joki tugas manusia jika AI dapat memberikan solusi atau jawaban yang memadai bagi klien. “Biasa saja klien lebih memilih menggunakan layanan AI yang lebih praktis daripada membayar untuk jasa manusia,” tanggapnya. 

Selain itu, kemajuan dalam AI juga membuka peluang bagi layanan jasa digital yang mampu menyediakan solusi tugas secara otomatis. Tentu, hal ini mengancam eksistensi jasa joki. Meskipun, masih ada kekhawatiran terkait etika dan integritas akademik dalam penggunaan AI. Perkembangan ini menunjukkan bahwa AI memiliki potensi untuk mengubah landscape jasa joki tugas dalam dunia pendidikan.

Eksistensi joki tugas dapat tergeser secara perlahan dengan adanya perkembangan AIrtificial Intelligence. Sumber: Millenials.id

Joki Gunakan AI atau Sebaliknya?

Para penyedia jasa joki tugas, seperti AC, mungkin menghadapi tantangan dalam menghadapi kecepatan dan efisiensi AI. Jika AI mampu memberikan hasil yang lebih baik dalam waktu singkat, para joki tugas mungkin mengalami kesulitan memberikan nilai tambah yang sebanding.

Namun, hal-hal tersebut tidak membuat AC khawatir. Ia mengaku tidak merasa terancam. Meskipun, kecerdasan buatan ini dapat merampas pekerjaannya. “Percaya bahwa pekerjaan yang menggunakan AI akan terlihat jelas dan tidak memiliki keselarasan dengan kemampuan berpikir manusia yang lebih kompleks,” tandasnya.

AI memang memungkinkan pengguna untuk membantu dalam beberapa aspek. Tetapi, sisi negatifnya juga tak dapat dielakkan. Baik bahasa yang terlalu monoton, hingga penjelasan yang terkesan ‘template’. Hal tersebut, membuat AC tetap positif dan yakin, keberadaan jasa joki yang menghasilkan pemikiran manusia akan memberikan nilai dan keunikan tersendiri. 

Pendapat lain dari seorang joki tugas dengan inisial nama SK, menyatakan bahwa hasil joki memiliki relevansi yang lebih tinggi. “Orisinalitasnya terjamin karena berasal dari pemikiran manusia, bukan bantuan AI,” ujarnya. Hal ini dibuktikan oleh klien yang tetap menggunakan jasa dari dua pelaku joki tersebut.

Buah Pemikiran Manusia tetap Tidak Tergantikan

Peran manusia tetap penting dan tidak dapat digantikan dalam mengatasi masalah dan menghasilkan solusi baru. Alasannya, karena keahlian manusia tidak hanya terkait dengan pengetahuan dan keterampilan teknis. Tetapi, juga melibatkan elemen-elemen yang tidak dapat diukur secara algoritmis, seperti intuisi, pengalaman, dan pemahaman yang mendalam. 

Seperti yang dikatakan oleh Fuad Nasvian, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), bahwa peran manusia mutlak tidak bisa digantikan oleh robot dan semacamnya. “Manusia punya otak, sebuah ide hanya bisa datang dari manusia. Sedangkan sistem seperti itu kan mulanya dari manusia,” jelasnya. 

Manusia memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang dunia, bahasa, budaya, dan konteks sosial. “Melibatkan kemampuan untuk memahami nuansa, menyimpulkan, berpikir kritis, dan mengambil keputusan berdasarkan pemikiran rasional serta emosional,” tambah Fuad. Riset yang dilakukan oleh manusia juga lebih mendalam dan cermat, sehingga hasil yang diperoleh lebih relevan. “Jawaban yang dihasilkan oleh AI dari segi bahasa terkesan ‘menjiplak’ seperti robot. Sehingga, tak jarang pengajar sadar jika pengerjaan tugas tersebut menggunakan AI,” tutur SK.

Pemahaman AI didasarkan pada pendekatan berbasis data, yang memungkinkan AI untuk mengenali pola-pola yang ada dalam data yang telah diproses dan dilatih sebelumnya. Namun, AI tidak memiliki intuisi, pengalaman, atau pemahaman konseptual yang sama seperti manusia. AI tidak dapat memahami konteks secara mendalam, mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang luas, atau beradaptasi dengan situasi yang baru atau tidak terstruktur dengan fleksibilitas yang sama seperti manusia.

Secara keseluruhan, pemahaman manusia jauh lebih kompleks, kontekstual, dan fleksibel daripada pemahaman Artificial Intelligence. Pemahaman manusia melibatkan aspek kognitif, emosional, dan sosial yang tidak dapat direplikasi sepenuhnya oleh AI. Tetapi, tetap pemahaman manusia kritis dalam menghadapi situasi yang kompleks, tidak terstruktur, dan memerlukan penilaian yang holistik. Dari sinilah, AI tidak sepenuhnya dapat mengambil semua pekerjaan manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *