Berbagai Lapisan Masyarakat Ramaikan Pawai Tumpeng

Pawai Tumpeng melibatkan 34 instansi pemerintahan Kota Malang dengan mengerahkan kontingennya, Sabtu (13/5/2023). MANTRAIDEA/Dafa Wahyu Pratama

Mantraidea.com – Pawai Tumpeng dalam rangka HUT ke-109 Kota Malang diadakan di depan Balai Kota Malang. Acara ini diramaikan oleh Walikota dan Wakil Walikota beserta 34 instansi Pemerintahan Kota Malang, Sabtu (13/5/2023).

Dalam pawai tersebut, setidaknya sebanyak 1.900 porsi tumpeng diarak oleh 34 instansi Pemkot Malang. “Setelah pawai akan ada seremonial, lalu tumpeng itu dibagikan ke masyarakat,” ujar Kartika Hayu, selaku panitia acara. Ribuan tumpeng itu dikirab melintasi Jalan Kayutangan, Jalan Kahuripan dan berakhir di Balai Kota Malang.

Tak hanya dihadiri oleh perangkat daerah. Budayawan Kota Malang pun turut memeriahkan acara ini. Seperti Robi Hidayat, Sutak Wardiono, Cak Wito, dan budayawan lainnya. Mereka berjoget ria di atas panggung selama pawai berlangsung. 

Simbolisme Tumpeng Kencono Wungu

Suwarjana, selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang mengatakan, tema tumpeng di acara HUT ke-109 Kota Malang adalah Kencono Wungu. Terinspirasi dari ratu Majapahit terakhir, yaitu Suhita Putri. 

‘Kencono’ menyimbolkan Kota Malang merajut suatu keemasan dan tali persaudaraan masyarakat. Sementara ‘Wungu’  dalam bahasa jawa memiliki arti ‘tangi’ atau bangkit.

Salah satu tumpeng hasil kreasi Satpol PP turut diarak hingga ke Balai Kota Malang, Sabtu (13/5/2023). MANTRAIDEA/Dafa Wahyu Pratama

Ia juga menceritakan filosofi tumpeng dalam pidatonya. Tumpeng yang menggunakan nasi putih melambangkan bahwa manusia berasal dari hal yang suci. Sedangkan, nasi kuning memiliki makna cahaya kehidupan. 

Terakhir, ia menjelaskan filosofi nasi ungu yang memiliki makna khusus untuk masyarakat Kota Malang. “Nasi warna ungu berasal dari bunga telang yang baik untuk kesehatan, bunga itu banyak ditemukan di sekitar Kota Malang,” ujarnya. Harapannya agar Kota Malang semakin tangguh dan kuat.

Lauk pauk yang menghiasi tumpeng terdiri dari orem-orem, perkedel, urap, ayam. Ayam disyaratkan harus utuh berbentuk ingkung dan berjenis ayam jago. Alasannya, tumpeng ini merupakan bentuk tasyakuran. 

Secara simbolis, pemotongan tumpeng pertama dilakukan oleh Walikota Malang, Sutiaji. Diberikan kepada budayawan yang menggunakan pakaian layaknya Punakawan Jawa Timuran. Hal itu, memiliki makna diharapkan di Kota Malang dapat lebih maju dari sebelumnya, baik dari fasilitas, infrastruktur, hingga masyarakatnya.

Berkah Tumpeng

Sepanjang jalur pawai, tampak antusiasme masyarakat sangat tinggi. Mengabadikannya hingga turut berebut tumpeng. “Tumpeng itu simbol keberkahan. Konsepnya menarik, jadi kita sebagai masyarakat bakal ‘kecipratan’ berkahnya juga ,” tutur Anik, salah satu penonton pawai.

Adanya pawai seperti ini, tentu mengundang daya tarik siapapun yang menontonnya. Terlebih acara ini bukan dikhususkan untuk pegawai pemerintah saja. Masyarakat Kota Malang pun turut diajak untuk memeriahkan acara ini. 

“Kedepannya harus lebih meriah lagi. Konsepnya juga lebih ditekankan pada syukuran, agar bisa sekalian jadi tolak bala,” tutupnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *