|

Kriya Gembira, ‘Aku, Kamu, Kita Setara’

Mantraidea.com – Semua orang pada dasarnya mempunyai hak dan kesempatan yang sama. Akan tetapi, kondisi dan lingkungan yang berbeda seringkali malah mengakibatkan ketimpangan. Sebut saja kondisi disabilitas. Kenyataan bahwa keterbatasannya sering didiskriminasi dan dikesampingkan hampir tak bisa terelakkan. Hal ini juga lah yang menjadi salah satu alasan Omah Gembira memprakarsai Kriya Gembira. Terus bergerak dengan semangat, “Aku, Kamu, Kita Setara”.

Bagian dari Omah Gembira

Kriya Gembira adalah salah satu program Omah Gembira. Program yang dibentuk untuk membina dan mengenalkan anak-anak disabilitas tentang kewirausahaan di bidang kerajinan tangan. 

Disabilitas, merujuk pada suatu kondisi seseorang memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas tertentu. Akibatnya, penyandang disabilitas seringkali dikesampingkan, diskriminatif, dan terlupakan meskipun mereka termasuk kelompok yang rentan dan berhak atas perlindungan.

Sementara itu, Omah Gembira merupakan Komunitas Pemerhati Penyandang Disabilitas Malang Raya. Berdiri sejak 2020, komunitas ini bergerak bersama dua belas paguyuban penyandang disabilitas. Terdiri atas para penyandang disabilitas serta orang tua dan atau walinya. Mereka semua bertujuan untuk membuat lingkungan inklusif yang dapat memberikan ruang gerak agar nyaman dan aman bagi para penyandang disabilitas.

Riza Agung, selaku ketua dan founder Omah Gembira menceritakan bahwa sebelum didirikan komunitas ini, paguyuban tersebut sudah ada. Terbentuk atas gagasan Yayasan Bhakti Luhur yang sudah bekerjasama dengan Jerman. “Awalnya ada sepuluh paguyuban. Lalu bersamaan dengan komunitas ini, dalam dua tahun bertambah menjadi dua belas paguyuban,” terangnya.

Ia juga menjelaskan bahwa pendanaan awal memang bersumber dari Yayasan. Akan tetapi,  setelah kontrak habis tentunya pendanaan pun ikut dihentikan. Hal ini yang membuat Riza akhirnya berpikir keras agar kedua belas paguyuban ini dapat mandiri dan tidak terjadi ketergantungan. 

Berangkat dari dorongan tersebut, kemudian komunitas Omah Gembira memberikan pendampingan. Praktiknya, komunitas Omah Gembira mendampingi kegiatan paguyuban yang berfokus pada bidang pendidikan dan kewirausahaan. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong pemberdayaan penyandang disabilitas. 

Program pendidikannya, terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu terapi dan belajar bersama untuk penyandang disabilitas. “Pembelajarannya tidak berfokus pada ‘calistung’ (baca, tulis, hitung) seperti anak pada umumnya. Tapi, lebih kepada edukasi tentang apa yang dibutuhkan oleh mereka,” tambahnya.

Selain menyediakan fasilitas pendidikan, Omah Gembira memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas mengikuti workshop  kewirausahaan. Workshop ini disediakan dalam berbagai bidang seperti pelatihan produksi makanan olahan bahkan dalam industri tekstil. Dari sinilah terbentuk salah satu program yaitu, Kriya Gembira.

‘Keterbatasan’ juga Punya Kemampuan

Kriya Gembira berfokus di bidang kerajinan tangan dan karya asli dari teman-teman penyandang disabilitas. Ditekankan dalam kategori kriya tekstil, tumblr, aksesoris, dan souvenir lainnya.

Berawal dari kolaborasi Omah Gembira dengan komunitas Hamparan Rintik untuk mengadakan pameran ‘Jelang Julang’ tahun 2022 lalu. Teman disabilitas yang kompeten di bidang ini akan diajarkan memproduksi batik ecoprint.

Nantinya, hasil produksi tersebut dipamerkan sebagai bukti kemandirian mereka. “Saat itu, kami berharap kegiatan tersebut bisa membantu teman-teman untuk meningkatkan keberdayaannya dan menambah ilmu untuk berwirausaha,” ungkap Riza.

Terbukti dengan berjalannya Kriya Gembira hingga saat ini. Kegiatannya masih terus aktif dan diharapkan semakin eksis untuk kedepannya. Kriya Gembira mempromosikan kegiatannya melalui akun instagram resmi dengan nama yang sama. Di dalamnya, diisi dengan memperkenalkan kegiatan, produk hasil desain, serta desainer yang berperan. Semuanya merupakan kontribusi langsung dari teman-teman penyandang disabilitas.

Selain produk itu, mereka juga mulai menciptakan karya-karya baru yang khas. Misalnya saja Rangga, salah satu crafter yang juga penyandang disabilitas grahita. Bentuk kesuksesan Rangga adalah saat hasil karyanya diaplikasikan di kaus, tumblr, dan beberapa souvenir lainnya. “Rangga itu suka gambar robot, dia juga salah satu teman yang menginspirasi terciptanya kriya gembira ini,” cerita Riza.

Komunitas Omah Gembira benar-benar memperhatikan apa yang membuat para penyandang disabilitas merasa senang. Selain itu, mereka juga punya kemampuan dibalik keterbatasan mereka. Seperti packaging yang merupakan diproduksi langsung oleh kelompok disabilitas.

Salah satu pencapaian yang membanggakan ketika Pradit, ketua Kriya Gembira berhasil memenangkan juara pertama dalam Kontes Ide Bisnis Difabisa 2022. Sebuah acara yang diselenggarakan oleh Astra untuk Astra Disability Connection Program. “Jadi, Pradit ini salah satu teman kita yang tuli, tapi bisa membuktikan dia membawa Kriya Gembira dan bahkan juara,” jelas Riza.

Kerennya Omah Gembira sudah memiliki tiga program, yaitu Kriya Gembira (kewirausahaan), Edu.Inc (pendidikan), dan Disability Care (aplikasi inklusif). Tiap program memiliki ketuanya masing-masing yang berasal dari teman disabilitas pula.

Membuka Relawan

Riza mengungkapkan bahwa komunitas Omah Gembira termasuk Kriya Gembira membutuhkan lebih banyak dukungan dari kaum muda untuk tetap berjalan. Tentunya, untuk menjalankan semua program mereka agar lebih baik. Komunitas tersebut menargetkan relawan dari kelompok karang taruna, kader kesmas, dan pekerja sosial di setiap kecamatan. 

Menurut Riza, untuk menciptakan ruang inklusif yang lebih baik, sangat penting untuk memulainya dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar. Riza dan timnya juga sangat terbuka bagi mahasiswa atau siapapun yang tertarik untuk bergabung ke dalam komunitas tersebut.

Dalam wawancaranya dengan Mantraidea, Riza menjelaskan bahwa kedepannya relawan-relawan ini akan dibagi. Mereka juga akan bekerjasama untuk menjalankan program Omah Gembira. Khususnya terkait program Kriya Gembira dan Edu.inc

“Kita ajak volunteer untuk terjun langsung membersamai dan merangkul mereka,” jelasnya. Dalam hal ini yang ia maksud adalah untuk membantu kemandirian teman-teman disabilitas. Serta menemani mereka untuk sama-sama berkembang.

Riza menekankan, jika kita belum mampu memberikan kontribusi pada penyandang disabilitas, setidaknya jangan sampai melakukan intimidasi dan diskriminasi terhadap mereka. Sebaliknya, kita harus membantu masyarakat untuk mengubah pandangan dan menghilangkan stigma yang kurang baik terhadap penyandang disabilitas. Alasannya, karena semua adalah manusia yang sama dan setara.

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *