Festival Ketawanggede Angkat Budaya Meriahkan Kemerdekaan

Festival Ketawanggede
Wayang Suket Mbah Joo, seniman yang memiliki ambisi untuk memperkenalkan budaya pada anak muda, Sabtu (26/8/2023). MANTRAIDEA/Ratna Diana

Mantraidea.com – Bulan Agustus menjadi bulan penuh kreatifitas yang telah membudaya. Setiap daerah bergotong royong menumpahkan gagasannya untuk menegaskan semangat 45 yang dimiliki warganya. Tak ayal, bulan ini menjadi lahirnya acara-acara yang sulit dilupakan.

Semarak kemerdekaan memotivasi berdirinya Festival Ketawanggede. Sebuah acara yang diselenggarakan di sepanjang Jalan Kerto Pamuji, Ketawanggede, Kota Malang. Menghadirkan hiburan lawas untuk menarik pengunjung bernostalgia, Sabtu (26/8/2023).

Nostalgia Hiburan Lawas

Festival Ketawanggede ini tidak serta merta hanya untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan RI saja, ada tujuan lain dibaliknya. “Konsep ini kami pilih untuk mengenalkan budaya kepada anak-anak,” ujar Mukti Wijaya selaku tim kreatif. Hal ini, berawal dari kekhawatiran atas maraknya media sosial yang masuk dalam kehidupan anak-anak tanpa filter.

Mukti Wijaya bersama tim telah menyiapkan beberapa hiburan lawas sebagai pengisi acaranya. Mengundang sebanyak sepuluh hiburan dari beberapa komunitas untuk memeriahkan Festival Kawanggede yang digelar selama tiga hari berturut-turut. Seperti Wayang Suket Mbah Joo, Pagoejoeban Onthel Malang, Sket Ndek Kene, Jepret Club, Pahat Topeng, Kawanggede Batik Art, Anshyr Keroncong, Nyelentang Kerontjong, Perkusi Genggong, dan yang terakhir Musik Etnie Kecapi.

Di lain sisi, Andik Puji Karyanto yang merupakan personalia dari Nyelentang Kerontjong merasa sangat bersyukur dengan adanya festival ini. “Kami ingin menyuarakan kemerdekaan dari pandemi dengan lagu perjuangan,” ungkapnya. Meskipun sebenarnya, bermusik bukan pekerjaan utama mereka.

Nyelentang Kerontjong Ketawanggede
Penampilan Nyelentang Kerontjong dalam Festival Ketawanggede membawakan lagu-lagu perjuangan, Sabtu (26/8/2023). MANTRAIDEA/Ratna Diana

Ia juga menjelaskan, bahwa hobi yang menguntungkan ini pada dasarnya bukan musik keroncong. “Hanya musik ‘jadul’ yang dianggap musik keroncong oleh orang awam,” jelasnya. Adanya acara seperti ini membuat Andik menyuarakan harapannya agar semangat perjuangan dapat terus tertanam di masyarakat untuk melawan radikal.

Selain hiburan, festival ini juga melibatkan masyarakat untuk mengikuti perlombaan yang diadakan. Diantaranya, yaitu lomba fashion show, lomba catur, menghias tenan UMKM, hingga karambol. “Seru sih, aku jadi tahu hiburan ‘jadul’ yang belum pernah aku temui,” ucap Zahira Natasya salah satu pengunjung Festival Ketawanggede.

Festival Kawanggede dapat menjadi wadah untuk mengedukasi generasi anak muda untuk tetap mengenal budaya daerahnya. Menjadi distraksi anak-anak untuk melepas smartphone walau hanya sejenak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *