Samkei: Hip-hop Nggak Selalu Mencaci

Samkei
Anggota Grup Samkei. Sumber: Instagram @samkei_official

Mantraidea.com – Akhir-akhir ini memang cukup banyak lagu dengan genre hip-hop yang mulai naik ke permukaan. Tentunya dinikmati oleh banyak kalangan, bukan hanya penikmat musik hip-hop saja. Bahkan menjadi tren baru di beberapa platform media sosial. Tapi, sebenarnya apa yang membuat lagu hip-hop mulai diminati banyak kalangan?

Lahirnya Genre Hip-hop

Pada dasarnya, hip-hop datang dari kelompok ras kulit gelap yang mendapat diskriminasi oleh ras kulit putih di Amerika. Ironisnya, mereka hanya dijadikan budak. Tak ada kata untuk bersenang-senang, bahkan menikmati hidup seperti yang dilakukan orang-orang kulit putih.

Lumrah, jika rasa tidak adil itu muncul di benak ras kulit gelap. Usaha mereka mencari kesenangan pun dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Ini juga sebagai bentuk protes atas hak yang seharusnya mereka dapatkan. Hak untuk dapat bersenang-senang dan tidak dipandang remeh.

Grafiti, melalui goresan itu mereka menyebarkan informasi mengenai acara yang mereka buat. Seperti sebuah undangan. Unik memang, apalagi dikemas dalam sebuah karya yang tak semua orang mengerti maknanya. Komposisi warna, garis, bentuk, dan volume yang membentuk sebuah simbol menghiasi sudut-sudut tembok jalanan saat itu. Elemen panah biasa mereka gunakan sebagai penunjuk lokasi acara. 

Dari sana mereka bersenang-senang dengan sederhana. Alunan musik yang dimainkan DJ (Disk Jockey) mengiringi malam-malam indah. Breaking, menjadi salah satu cara mereka menikmati lagu-lagu itu. Dan MC (Master of Ceremony) atau yang sekarang berkembang sebagai rapper turut mengisi kemeriahan acara itu.

Disana mereka menyuarakannya. Sebuah ekspresi diri untuk mengkritik sistem pemerintahan Amerika dan keadilan ras yang kastanya dianggap tidak lebih tinggi dari ras kulit putih saat itu. Menghiasi instrumen tanpa lirik yang dimainkan DJ.

Seiring berjalannya waktu, hip-hop berkembang menjadi sebuah genre lagu. Rap menjadi bagian utama yang ditonjolkan. Liriknya tidak hanya ditujukan untuk kritik pemerintah dan keadilan. Hip-hop berkembang lebih luas daripada itu

Cerita ‘Samkei’

Pelaku dan peminat musik di Kota Malang terbilang cukup banyak, tapi tidak dengan hip-hopnya. Apalagi pelaku seni hip-hop di kota ini, mereka belum terintegrasi dengan baik.  Belum ada label yang jelas untuk menunjukkan kuantitas pelaku hip-hop berbakat di Malang.

“Adanya genre musik lokal seperti koplo dan lainnya yang lebih mendominasi,” ujar Djuliandro. Salah satu pelaku seni musik hip-hop di kota Malang menjelaskan pendapatnya terkait alasan hip-hop di kota ini masih terbelakang. Kini dirinya tergabung dalam grup hip-hop lokal Malang, Samkei namanya. Hadir ditengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

Tepat pada Maret 2021 antusias, tekad, dan semangat beberapa anak muda dijadikan satu hingga terbentuklah Samkei. Samkei terdiri dari dua kata, Sam dan Kei. ‘Sam’ terinspirasi dari bahasa walikan Malang, yang berarti ‘mas’. Penggunaan bahasa itu berarti menunjukkan bahwa dimana kaki dipijak disitu langit pun dijunjung. Sedangkan, ‘Kei’ diambil dari salah satu suku di Maluku, tempat mereka dilahirkan. 

Tanpa memandang latar belakang suku, agama, dan ras. Tujuan Samkei sangatlah mulia. Keinginan membesarkan hip-hop di Tanah Air dan mewujudkan label hip-hop di Malang. Oleh karenanya, kolaborasi dan bertukar pikiran tetap dilakukan dengan siapa dan dimana saja, guna mendukung tujuan tersebut. 

Penampilan Samkei saat manggung di Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang. Sumber: Instagram @samkei_official

Jhofan, yang juga personalia Samkei menjelaskan perjalanan mereka tak lepas dari stigma negatif masyarakat. Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa hip-hop hanya untuk orang yang bermasalah dengan hukum atau terkait dengan kekerasan. Bentuk protes dengan diksi keras masih melekat.

Lirik yang terkandung dalam lagu-lagu hip-hop masih dipandang hanya sebatas kekerasan. Hingga akhirnya, tekad untuk membuktikan bahwa hip-hop tidak seburuk itu pun ditegaskan. “Terus berkarya dengan mengingat sang Pencipta, itu prinsip Samkei,” jelas Jhofan. 

Totalitas dalam bermusik sangatlah diperlukan. Seperti kata Ben Fatir, “Hip-hop tidak hanya sekedar berhip-hop, tapi totalitas dan loyalitas perlu diutamakan,” ucapnya menegaskan budaya hip-hop yang ia bawakan.

Tidak seperti hip-hop pada umumnya. Meminimalisir cacian dalam lirik lagu dan selalu mengingat Tuhan di setiap jalannya. Menjadi pembeda Samkei dengan grup hip-hop lainnya. “Meskipun banyak khilafnya sih,” tambahnya sambil tertawa kecil.

Hambatan dan Harapan Samkei

Memangnya siapa yang tidak menginginkan sebuah proses tanpa hambatan? Pastinya semua orang menginginkannya. Tapi, tantangan di tengah jalan justru menjanjikan hasil yang lebih berarti. Lebih bisa menghargai apa yang namanya proses.Sama halnya dengan grup ini. Dimulai dengan masa-masa sulit dan perjuangan lainnya yang menemani mereka. Mulai dari peminatnya yang tidak banyak, hingga produksi lagu dengan alat seadanya.  Alat yang dipakai pun terkadang bermasalah.

Tapi dibalik perjuangan itu, semangat yang tinggi terus dijaga. Apalagi, anggota Samkei bisa dibilang loyal dan produktif. Guna mempromosikan lagunya, grup hip-hop ini  mengunggah karyanya melalui YouTube Samkei Official. Hingga sekarang total lagu yang diunggahnya berkisar 16 karya. Hal ini tak lepas dari salah satu budaya hip-hop yang masih sangat melekat di kalangan pelaku seninya. ‘Respect each other,’ sebuah slogan untuk saling mendukung karya satu sama lain. Menjadi support system terbaik terhadap sesama pelaku seni hip-hop.

Hip-hop telah berkembang menjadi genre musik yang populer di seluruh dunia. Namun, penting untuk diingat bahwa hip-hop tetap menjadi bentuk seni dan ekspresi yang mengakar dalam pengalaman dan kisah hidup para seniman. Hip-hop telah menjadi platform bagi banyak orang untuk menyuarakan perjuangan mereka dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Jhofan, Djuliandro, dan Ben, mewakili para personalia Samkei. Mereka berharap genre hip-hop di Kota Malang lebih banyak mengambil hati orang-orang, baik peminat maupun pelakunya. Kenalkan hip-hop di Kota Malang, buat mereka yang memiliki bakat hip-hop untuk mengembangkan skill mereka. Mereka juga berharap hip-hop di Malang akan seramai dan semaju kota lain seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya.

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *