Sego Goreng Resek Pak Man: Kuliner Lintas Generasi

Sego Goreng Resek
Sego Goreng Resek Pak Man, menyajikan makanan dengan menu otentik turun temurun. MANTRAIDEA/Ratna Diana

Mantraidea.com – Sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur, Malang telah menjadi saksi bisu perjalanan kuliner dari masa ke masa. Jika ParaMantra menelusuri pusat Kota Malang, maka beragam toko, warung, dan rumah makan banyak terselip di antara bangunan-bangunan modernnya. Resep turun-temurun untuk mempertahankan rasa autentik yang menjadi andalannya.

Seperti Sego Goreng Resek Pak Man, berlokasi di Jalan Brigjend Katamso, Kasin, Kec. Klojen, Kota Malang. Berdiri sejak puluhan tahun lalu, mengantarkannya untuk mendapat gelar ‘legendaris’. Hingga saat ini, Sego Goreng Resek Pak Man acap kali menjadi tujuan kuliner yang wajib di coba saat berjelajah ke Kota Malang.

Konsep Sego Goreng Resek

Kata ‘sego’ berasal dari Bahasa Jawa yang artinya nasi, sedangkan ‘resek’ berarti sampah. Nasi Goreng Sampah ini disajikan dengan membaurkan sayuran, nasi, potongan telur rebus, bawang goreng, dan mi menjadi satu hingga terlihat menumpuk.

Disamping itu, ada cerita lain dari penamaannya. Sego Goreng Resek ternyata nama yang didedikasikan pelanggannya. Bukan tanpa alasan, lokasinya yang berada di daerah pembuangan sampah menjadi motivasinya. Hingga akhirnya pindah, sebuah tenda di pinggiran Jalan Brigjend Katamso yang menjadi lokasi barunya.

Dilihat dari wujudnya, kuliner yang satu ini tampak seperti nasi mawut. Namun, yang membuatnya berbeda ialah dari segi rasa. Hal ini dikarenakan dalam proses pembuatannya menggunakan kaldu ayam yang disiram merata. Hingga rasa gurih menyeruak masuk dicecap indera perasa.

Sego Goreng Resek Pak Man
Tampilan Sego Goreng Resek padukan nasi, sayur, telur, dan mi dalam satu porsinya. MANTRAIDEA/Ratna Diana

Sudah 64 tahun lamanya, terhitung sejak tahun 1959 warung ini tidak bosan menunjukkan eksistensinya di dunia kuliner malam Kota Malang. Proses pembuatan yang dapat dinikmati konsumen secara langsung menjadi salah satu daya tariknya. Konsep ini sudah diperkenalkan sejak dahulu hingga sampai ditangan Tukiman, generasi kedua yang mengolah saat ini.

Sekitar tujuh anggota keluarganya ikut andil dalam memproses permintaan konsumen. Mulai dari menggoreng nasi, memotong lauk, memberikan bumbu-bumbu andalan, memotong bahan mentah, mencatat pesanan, membuat minuman, dan menyiapkan bungkus nasi untuk pemesanan yang dibawa pulang. Membuat makanannya sampai ditangan konsumen dengan cepat.

Menu yang Ditawarkan

Menu yang disajikan cukup bervariasi. Pilihan lauk yang ditawarkan tersusun rapi menutupi pikulan. Memudahkan konsumen memutuskan menu apa yang akan mereka pesan. Disamping itu, daftar menu yang dijual tetap tertera secara jelas pada papan dan tiap meja. Mulai dari makanan, lauk, dan minumannya.

Harga yang ditawarkan terbilang murah untuk ukuran warung ‘legendaris’ dengan pilihan lauknya. Dibandrol dari harga Rp12.000 hingga Rp24.000 saja konsumen dapat menikmati Sego Goreng Resek ini. Namun, tentunya harga yang tertera belum termasuk lauk tambahan seperti kerupuk dan tempe.

Potret papan menu yang tertera pada warung tenda sederhana milik Tukiman. MANTRAIDEA/Ratna Diana

Pesanan yang membludak setiap harinya membuat Tukiman memerlukan wajan berukuran besar dalam memproses nasi yang ia jual. “Satu kali gorengan bisa untuk 80 porsi,” ucapnya ketika ditanya takaran nasi yang diolah. Ia menjelaskan bahwa dalam satu hari dapat menggoreng sebanyak enam kali. Terhitung dari pukul 17.00 hingga 20.00 Waktu Indonesia Barat.

Ditangan Tukiman dan keluarga, budaya leluhurnya masih terjaga. Yang paling menarik ialah dalam proses memasaknya masih menggunakan arang. Membuat menu-menunya beraroma smoky yang khas.

Konsistensi yang Dijaga

Konsistensinya dalam mempertahankan resep turun temurun tidak menyurutkan pelanggan untuk menjajal Sego Goreng Resek. Terbukti dari banyaknya konsumen yang berdatangan dan siap meluangkan waktunya untuk mengantre. Tidak hanya penduduk lokal, warga dari luar kota pun kerap kali berdatangan untuk mencicipi makanan ini.

Pelanggan Warung Pak Man
Susana malam hari ketika pelanggan mulai berdatangan. MANTRAIDEA/Ratna Diana

“Tempatnya ramai, saranku datang lebih awal,” Ananda Salsa, wanita berusia 21 tahun itu menjelaskan kondisi warung saat dirinya berkunjung. Menembus perjalanan jauh dari ‘Kota Pahlawan’ ternyata cukup terbayarkan dengan rasanya yang unik dan gurih.

Ia berucap bahwa, “Aku bakal kesini lagi, sih.” Selain untuk merasakan kembali, tujuan lainnya adalah untuk memperkenalkan makanan ini ke teman dan sanak saudaranya. 

Rico Ferdiansyah, pelanggan lainnya juga mengungkapkan pendapatnya saat menjajal Sego Goreng Resek ini. “Ini makanan kaki lima, tapi rasanya nggak murahan,” jelasnya. Rico sendiri memang menyukai nasi mawut kaki lima. Dirasa warung ini menawarkan nasi mawut dengan tambahan kaldu, ia tertarik mencobanya.

Sego Goreng Resek Pak Man ialah salah satu kuliner yang tidak mati digerus jaman. Meskipun kini telah banyak warung tenda yang menjual menu sama, tetapi rasa autentik tetap menjadi juaranya. Tidak lupa konsistensi dalam mempertahankan resep dan budaya leluhur hingga saat ini menjadi kunci utama untuk menjaga kepercayaan pelanggan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *