Ubah Rasa Pahit Sayur Pare, Mahasiswa PMM UMM Inovasikan Keripik Pare

Keripik Pare
Kelompok 95 gelombang 7 PMM UMM kembangkan produk keripik pare KWT Desa Talok dengan diversifikasi rasa. (Foto: ist)

Mantraidea.com – Keripik pare seringkali kurang diminati oleh beberapa orang, karena rasa pahitnya yang khas. Meskipun begitu, kini keripik pare tengah banyak dimanfaatkan dalam upaya mengembangkan ekonomi kreatif di beberapa daerah. Dengan terobosan baru, camilan ini mulai menunjukkan potensi besar dalam memberikan kontribusi finansial untuk beberapa lapisan masyarakat. 

Momentum ini tidak lepas dari kesempatan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) kelompok 95 gelombang 7. Dengan beranggotakan lima orang, diantaranya Ika Finasti Puji Lestari, Almaidah, Dwi Sabrina Larasati, Annaba Hasan Suyono, dan Izzul Fatwa Alie Syahbana. Serta, di bawah bimbingan Hafidz Ageng Prakoso, selaku dosen pembimbing lapangan. 

PMM UMM Manfaatkan Potensi Alam Desa Talok

Kelompok 95 ini berhasil mengambil langkah penting dengan melakukan hilirisasi pengabdian di Desa Talok, Kab. Malang, Jawa Timur. Memilih desa tersebut dengan latar belakang potensi alamnya yang subur. Sehingga, memungkinkan pertumbuhan sayur yang melimpah, termasuk pare. Selain itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Talok yang terampil dalam mengolah hasil pertanian pun menjadi titik fokus PMM UMM

Dengan mempertimbangkan potensi tersebut, keputusan untuk mengolah pare menjadi produk bernilai tambah seperti keripik menjadi langkah strategis. Disisi lain, juga sebagai wujud meningkatkan kesejahteraan dan pendekatan kelompok. “Tapi, tujuan utamanya adalah mengubah stigma masyarakat bahwa pare nggak selalu pahit,” jelas Wiji, salah satu anggota KWT. 

Manfaat Keripik Pare
Kelompok 95 gelombang 7 PMM UMM terlibat langsung dalam proses pengolahan pare sebelum jadi produk camilan. (foto:ist)

Wiji juga menyebut bahwa mengkonsumsi camilan ini sangat berguna bagi kesehatan, karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Manfaat keripik pare lainnya adalah dapat mengatur gula darah, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, serta membantu menjaga berat badan. 

Lebih lanjut, cara membuat keripik pare melibatkan berbagai tahapan. Mulai dari seleksi bahan baku, pengolahan dengan teknik khusus, hingga proses pengemasan. Menariknya, proses pembuatan tersebut menggunakan bahan alami atau tanpa pengawet. Hasilnya, keripik pare kriuk, aman, dan sehat untuk dikonsumsi. Menjadi alternatif camilan yang tidak hanya lezat, tetapi juga bernutrisi. 

Variasikan Rasa Keripik Pare

Namun, selama ini KWT tersebut hanya memproduksi camilan dengan rasa original saja. Melihat hal itu, kelompok PMM UMM pun berinisiasi untuk menginovasikan produk ini menjadi lebih bervariasi. Salah satunya dengan menambah rasa yang terkandung dalam keripik. 

Melalui inisiatif ini, kini keripik pare tidak hanya hadir dengan rasa original, tetapi juga varian lain seperti balado, jagung manis, dan barbeque. “Meski telah dikembangkan menjadi beragam rasa, bukan berarti menghilangkan cita rasa aslinya. Rasa pahit dari pare pun masih ada, walau cuma sedikit,” terang Ika, selaku koordinator kelompok PMM.

Penambahan rasa ini memberikan peluang baru bagi keripik pare Desa Talok untuk memperluas segmen pasarnya. Sehingga, produk ini dapat menarik minat konsumen dengan preferensi rasa yang lebih beragam.

Proses penambahan rasa dalam keripik dilakukan oleh anggota kelompok 95 gelombang 7 PMM UMM. (foto:ist)

Jangkau Pasar Lebih Luas

Upaya mengembangkan produk keripik pare dari KWT Desa Talok membuahkan hasil yang memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan respon positif dari para konsumen. “Permintaan terhadap produk ini juga terus meningkat, seiring dengan penyebaran informasi mengenai kelezatan dan manfaat keripik pare tersebut,” tambah Ika. 

Selain itu, kelompok 95 juga berupaya untuk menjangkau pasar yang lebih beragam. Tentu, melibatkan strategi marketing dengan mengikuti bazar UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di wilayah Kabupaten Malang. 

Produk ini cukup ramah dikantong, dibanderol dengan harga Rp10.000 hingga Rp50.000, tergantung dari beratnya. Camilan ini berhasil menarik minat konsumen dari berbagai lapisan masyarakat. “Meskipun tergolong murah, keripik pare ini tidak terasa pahit. Rasanya enak gurih, renyah dan garing,” ucap Parlan, salah satu pembeli produk KWT Desa Talok. 

Kesempatan ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat dapat menciptakan inovasi yang signifikan dalam mengembangkan ekonomi kreatif di daerah. Keberhasilan PMM UMM kelompok 95 gelombang 7 dalam membantu mengembangkan keripik pare di Desa Talok tidak hanya membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal. Tetapi, juga memberikan inspirasi bagi pengembangan produk lokal di berbagai daerah lainnya. 

Artikel ini merupakan kerja sama dengan kelompok 95 gelombang 7 PMM Universitas Muhammadiyah Malang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *