Katun Bambu, Sustainable Product Ramah Lingkungan

Produk-produk Imlicht Apparel. MANTRAIDEA/Masitha Aulia.

Mantraidea.com – Saat ini, produk fashion menjadi salah satu produk yang paling banyak diburu oleh konsumen. Akan tetapi, dampak yang ditimbulkan sangatlah besar terhadap lingkungan. Serta, melibatkan eksploitasi pekerja dan pelanggaran hak asasi manusia. Berangkat dari permasalahan tersebut, Imlicht Apparel menemukan solusi untuk memproduksi produk fashion yang ramah lingkungan, yaitu penggunaan katun bambu.

Kegelisahan yang Muncul

Naning Suharti, biasa dipanggil Naning. Ia mengaku dirinya menyukai produk organik. Alasan dan pertimbangannya adalah dampak positif yang diberikan dari pemakaian produk organik. “Anggaplah contohnya, makanan organik, kan efeknya bagus buat tubuh,” katanya.

Seiring berjalannya waktu, Naning menyadari maraknya produk fast fashion yang ternyata prosesnya sangat merugikan lingkungan. Fast fashion adalah model bisnis di industri fesyen yang memproduksi pakaian dengan cepat dan murah. Tak lain dan tak bukan, tujuannya untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Namun, model bisnis ini tidak dapat menjadi sahabat bagi lingkungan. Para ahli mengatakan bahwa industri fast fashion merupakan penyebab besar dari pencemaran air, tanah, dan udara. Selain itu, juga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang besar.

Dari keresahannya tersebut, Naning mencoba untuk mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan. Hingga akhirnya, sustainable fashion pun jadi pilihan. “Aku coba pakai, dan ternyata bahannya nyaman, adem gitu. Teman-temanku juga banyak yang suka dan ingin beli, akhirnya aku bikin dan jual,” jelasnya. Dari cerita itu, brand Imlicht Apparel memulai perjalanannya.

Ia juga menuturkan bahwa sustainable fashion perlu di edukasikan kepada orang sekitar. Karenanya, tidak semua orang paham akan hal itu. Sustainable fashion dikenal dengan istilah fesyen atau mode berkelanjutan. Konsep mode atau fesyen yang bertujuan untuk memproduksi pakaian dan aksesoris secara berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Dalam praktiknya, sustainable fashion melibatkan sejumlah inovasi dan teknologi yang baru. Termasuk dalam proses produksi, penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan, proses daur ulang bahan, serta perbaikan kualitas dan umur pakai pakaian.

Deskripsi Tinta Organik. MANTRAIDEA/Masitha Aulia.

Dari Bambu jadi Baju

Seperti cewek pada umumnya, owner Imlicht Apparel ini, mengaku sering berbelanja dan ‘gonta-ganti’ baju. Tapi, itu dulu, sebelum tau bahwa tindakannya dapat merusak lingkungan. Ia berpendapat, “Banyak yang harus kita benahi dari lingkungan kita. Kalau kita konsumtif terhadap baju, malah numpuk, dan yang kena dampak ya lingkungan tadi”.

Produk kaus dari Imlicht Apparel terbuat dari 70 persen bambu dan 30 persen kapas. Tinta sablon yang Naning gunakan pun terbuat dari akar mangrove dan daun indigo. Nantinya, limbah kaus organik itu tidak seperti limbah kaus yang sudah beredar di pasaran.

Sebelum produksi kaus skala besar, tentunya uji coba pembakaran telah dilakukannya. Hasilnya pun sesuai ekspetasi. Seperti membakar kertas, semuanya jadi hancur. “Tidak bau juga, karena dari pohon bambunya sendiri, kan, mengandung anti bakteri. Jadi, seratnya pun ‘ventilasi’ nya lebih bagus ketimbang katun sintetis,” tambah Naning menjelaskan nilai plus dari produknya.

Bambu, ia pilih sebagai bahan utama  pembuatan kaus organik dari Imlicht. Alasannya, karena pertumbuhan bambu yang cepat serta tidak memerlukan pupuk dan pestisida. Jika kita bandingkan dengan budidaya kapas, kebutuhan air dari kapas lebih banyak daripada bambu. Sehingga, bambu lebih dominan penggunaannya sebagai bahan utama karena rasanya lebih ramah lingkungan.

Bahan katun bambu sangat cocok bagi orang yang memiliki kulit sensitif karena serat kainnya yang lebih lembut. Mengandung zat anti bakteri, mampu menyerap keringat lebih baik, serta mampu menyerap sinar UV. Selain itu, baju dari bahan bambu juga semakin banyak peminat, terlebih oleh konsumen yang mencari kenyamanan dan kesadaran lingkungan dalam mode mereka.

Prinsip Naning

Imlicht Apparel, produk yang Naning bangun. Berawal dari kecintaannya memakai kaos. Lalu, muncul ide untuk dipadukan dengan bahan katun bambu yang lebih bersahabat dengan lingkungan. Sebenarnya ia juga menyadari bahwa kaus dari bahan organik sudah banyak diproduksi ditempat lain. Tapi, kepeduliannya yang tinggi, gigih, serta inovasinya membuat tekad kuat Naning tak menciut.

Imlicht Apparel, menjadikan kualitas sebagai kunci utama. Serta, prinsip penggunaan jangka panjang sehingga bisa membantu dalam upaya peduli lingkungan. Penggunaan tinta sablon dan variasi warna mempengaruhi harga jualnya. Dengan harga Rp.100.000 hingga Rp. 250.000. Selain mendapatkan kaus, pembeli juga telah ikut serta dalam menjaga bumi.

Semakin maraknya penggunaan bahan organik dalam pembuatan produk, maka akan menjadi pilihan menarik bagi konsumen. Tetap bisa tampil modis dan berkontribusi bagi lingkungan. Menjadi langkah awal sebagai agen perubahan ke arah yang lebih baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *