Yuk, Belajar Dance bareng Limelight buat Isi Waktu Luang!

Core (intro) class, yang diambil setelah kelas berlangsung. Sumber: Dokumentasi @ercahpra

Mantraidea.com – Amati massa dan ikuti hati. Hal itu yang Hyang Restu Suwito lakukan, salah satu dancer asal Malang. Hyang, orang-orang biasa memanggilnya demikian. Sudah lama ia menjajah dunia dance di Kota Malang. Langkahnya untuk mendirikan kelas reguler adalah keinginan hatinya.

Hiburan yang Didalami

Lebih dari sepuluh tahun lamanya Hyang menyelami dunia dance, tepatnya sejak 2010 lalu. Konsistensi membuat ia bertahan hingga saat ini. Pengalamannya tentu tidak sedikit, cukup banyak genre dance yang telah ia pelajari.

“Aku pernah belajar hip-hop, waacking, contemporary, ladies style, afro dance, dan dance hall,” sebut Hyang. Namanya sudah melambung di kalangan dancer Malang. Ini tentu karena dirinya adalah salah seorang dance coach yang sering mengantarkan anak didiknya menjuarai lomba antar kota, provinsi, bahkan ke kelas nasional.

Tidak hanya itu, Hyang juga dipercaya menjadi art director di beberapa event dari skala kecil sampai skala besar. Terjun di dunia hiburan merupakan passion-nya. Sejak usianya menginjak tiga tahun, Hyang sudah akrab dengan bidang itu. “Dapat inspirasi dari dancer-dancer senior di Indonesia. Kayak kak Semmy Blank, kak Echo Black, dan Miss B,” jelas Hyang ketika menceritakan inspirasinya memperdalam dunia dance.

Hingga suatu ketika, Hyang ingin mendirikan kelas regulernya sendiri. Kategori umum, yang menjadi pilihannya. “Aku pengen ngasih tau atau nyebarin ke orang-orang tentang dance style-ku, dance yang pernah aku pelajari,” jelasnya.

Dari sana Limelight Movement berdiri. Dalam mengelola administrasi, Hyang mendapatkan bantuan dari adik kandungnya. Sejak saat itu, Limelight Movement menjadi rumah bagi siapa saja yang ingin menari.

Kategori yang Ditawarkan

Setiap minggunya, Limelight memiliki jadwal khusus. Hyang membaginya menjadi tiga kelas. “Yang pertama ada core (intro) class, trus ada k-pop hype class, dan yang terakhir griind groove class,” ujar pria 30 tahun itu.

Untuk pemula, core (intro) class sangat ia sarankan. Hyang menjelaskan bahwa ia menggunakan basic choreography dalam kelas ini dengan kategori beginner. Durasi yang ia sediakan sekitar 60 sampai 90 menit, membakar sebanyak 300 sampai 400 kalori.

Hingga hari ini, minat terhadap budaya Korea kian membludak. Tak terkecuali lagu dan tariannya. Untuk itu, ia memberi wadah bagi mereka yang ingin menari menggunakan lagu-lagu pop Korea. Menggabungkan tren dengan seninya.

K-pop hype class menjadi pilihan bagi mereka yang menyukai budaya hingga lagu dan tariannya. Dengan latar belakang lagu dari negeri ginseng, mampu menambah keelokan choreography yang Hyang buat. “Kelas ini ada di kategori beginner hingga intermediate,” imbuhnya.

Terakhir, griind groove class dengan kategori intermediate. “Aku masukin beberapa genre yang sudah aku pelajari di kelas ini,” ujarnya. Dengan demikian, griind groove class bisa kita sebut juga open dance style choreography. Dalam dunia dance berarti koreografi dengan beberapa genre atau style.

Konsep  yang Dibuat

Menjadi owner sekaligus dance coach di Limelight Movement tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Koreografi yang Hyang buat tidak serta merta ada tanpa proses yang panjang.

“Dulu aku sering gerak-gerak sendiri di kamar, sampai akhirnya jadi koreografi,” jelasnya. Setelah gerakan tarinya usai, ia mencoba menghafalnya. Dari sana koreografi indah itu ia sebarkan.

Namun, seiring berjalannya waktu Hyang mengubah sedikit proses pembuatan koreografinya. Ia mengaku langkah awal yang dia ambil adalah menentukan konsep besar. Menyiapkan lagu dan bagaimana koreografinya akan dibawakan.

“Aku marking dulu gerakannya, trus aku pikirin nanti aku pengennya gimana,” tambahnya. Pembuatan koreografinya baru benar-benar terjadi saat kelas sudah mulai. “Jadi bikin sambil ngajar gitu,” imbuhnya sembari tersenyum.

Limelight
Suasana kelas ketika Hyang mengajarkan koreografinya. Sumber: Dokumentasi @ercahpra

Hyang menambahkan bahwa sosoknya adalah pribadi yang pelupa. Karenanya, ia membutuhkan satu sampai dua jam sebelum kelas, untuk mendengarkan lagu dan membuat konsep yang ia inginkan. Kemudian pengaplikasian saat kelas berlangsung. “Kalau aku persiapkan dulu terus aku hafalin, kebanyakan pasti lupa waktu kelas,” ucap Hyang menjelaskan alasannya mengubah proses pembuatan koreografinya.

Menikmati Seni

Tidak hanya kelas reguler saja yang kita dapatkan dari Limelight Movement. Ada project yang terselenggara secara rutin setiap tiga sampai empat bulan sekali. Tentunya konsep yang ada akan berbeda dengan kelas regulernya.

Konsep yang diusung dalam setiap project selalu berbeda-beda. Sebagai contoh, pada bulan Juni 2022 lalu Limelight Movement membuat suatu video project di Kampung Warna-warni Jodipan. Konsepnya akan sesuai dengan lokasi pengambilan video, warna-warni. Dengan memadukan warna mencolok seperti kuning, hijau neon, dan oranye.

Bersamaan dengan itu, bila menggunakan lagu bernuansa ceria. Maka koreografinya juga harus demikian. Sekitar sembilan peserta ikut meramaikan video project yang Limelight Movement adakan. Dalam hal ini, Limelight Movement menggandeng salah satu  videografer asal Malang.

Selain project rutin yang Limelight Movement buat, tentu ada juga yang lainnya. “Kalau ada lagu-lagu menarik kami bikin project,” tegasnya. Hyang menjelaskan bahwa project bisa saja terbuat untuk memperingati hari-hari tertentu. Hari ulang tahun Limelight Movement contohnya.

Tujuan utama Limelight Movement tidak hanya sebatas menari saja, bukan hanya melihat keindahannya. Lebih dari itu, koreografi yang ia buat dapat menjadi alternatif untuk berolahraga dan melepas penat setelah beraktivitas. Serta, mengisi waktu kosong dengan belajar keahlian baru yang banyak orang gemari saat ini. Oleh karenanya, ia selalu menerapkan suasana nyaman agar peserta dapat menikmati kegiatan seru di Limelight Movement.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *