Reramban Ecoprint: Mulai Bisnis Fesyen Ramah Lingkungan

Reramban Ecoprint
Reramban Ecoprint suguhkan produk ramah lingkungan melalui teknik ecoprint. MANTRAIDEA/Rendy Andhika Putra

Mantraidea.com- Selain batik, kini ecoprint telah merambah ranah pasar bisnis secara terang-terangan. Membuat motif kain dengan memanfaatkan dedaunan dan bunga alami. Prosesnya pun bisa dibilang cukup gampang, tak ayal banyak orang yang mencoba peruntungannya di dunia bisnis ecoprint.

Hal yang menarik dari ecoprint adalah pewarnaannya yang tidak menggunakan bahan kimia. Selain itu, teknik yang digunakannya pun ramah lingkungan, karena limbah yang dihasilkan cepat terurai. Itulah yang menjadi alasan Evi Kurniawati untuk menggeluti dan mendirikan bisnis ecoprint di Kota Malang.

Perjalanan Reramban Ecoprint

Bisnis besutan Evi Kurniawati itu telah dijalankan sejak 2018 silam. Brand produk fesyen yang ramah lingkungan itu kini menjadi ladang penghasilan dengan keuntungan yang cukup memuaskan. 

Evi memulai Reramban Ecoprint dari mencoba membuat sarung bantal yang ternyata dilirik dan dibeli oleh tetangganya. Dari situlah, terbesit keinginan untuk menjadikannya bisnis dengan produk dari hasil tangannya sendiri. 

Melalui pemilihan konsep ramah lingkungan ia pun yakin untuk lebih mengembanghkan bisnisnya. Baju, tas, hijab, hiasan dinding dan masih banyak produk Reramban Ecoprint lainnya, ia kerjakan dengan telaten. Evi dibantu putri pertamanya sebagai model, ia pun mulai percaya atas kemampuan dari berbisnisnya. 

Produk Reramban Ecoprint, hiasan multifungsi bisa digunakan sebagai hiasan dinding maupun cermin. MANTRAIDEA/Rendy Andhika Putra

Ditahun yang sama, saat bisnisnya masih merintis ia pun turut mengikuti beberapa event yang digelar di Malang. Menurut ceritanya, ia mampu menghasilkan omset belasan hingga puluhan juta hasil dari mengikuti event tersebut.

Tekad dalam Berbisnis

Seiring dengan perkembangan Reramban Ecoprint, Evi juga dibantu oleh beberapa karyawannya. Entah membantu mengerjakan kain ataupun mencari dedaunan dan bunga alami sebagai bahan ecoprint. “Tapi kadang juga ikut menjaga toko, semisal saya mengikuti event,” ujar Evi yang juga menjadi guru seni itu. Rata-rata dalam per harinya, Evi dan karyawannya dapat menghasilkan enam pasang baju, apabila lembur bisa sampai 20 baju. 

Namun, keadaan berubah saat pandemi dimulai, produksinya mulai turun. Tapi, hal itu tak mengurangi tekad Evi dalam menjalankan bisnis Reramban Ecoprint. Ia pun mencoba memproduksi barang baru sesuai dengan kebutuhan saat itu, yaitu masker dan pouch

Salah satu produk pouch ecoprint dari toko Reramban yang dibuat langsung oleh Evi Kurniawati. MANTRAIDEA/Rendy Andhika Putra

Sayangnya, setelah pandemi berlalu, Evi memutuskan untuk mengelola bisnisnya sendiri dan tidak mempekerjakan karyawan lagi. Ia menjelaskan bahwa saat ini, bisnisnya masih perlahan untuk pulih. “Mulai dari persiapan mengolah sampai masa oksidasi kain saya lakukan sendiri. Tetapi, semisal ada event atau orderan yang banyak, tidak menutup kemungkinan ya memakai karyawan lepas,” jelasnya. 

Pemasaran Reramban Ecoprint

Teknik ecoprint bisa dibilang mudah dan simpel. Bahan dasar yang digunakannya pun cukup gampang ditemui, karena berasal dari alam. Namun, Evi mengaku tetap ada kesulitan dalam prosesnya. “Hambatannya itu ketika proses oksidasi karena dilihat dari faktor alamnya. Terik matahari atau cuaca mendung itu mempengaruhi masa penjemuran kain, membuat lama di proses ini,” tegasnya. Hal inilah yang menjadikan tantangan sendiri untuk para pengrajin kain dengan teknik ecoprint.

Dalam menjalankan Reramban Ecoprint, Evi pun menyasar target pasar secara khusus. Calon pelanggan diberi arahan dan alasan mengenai mengapa harus membeli produknya. Mengkampanyekan isu lingkungan dengan konsep fesyen yang ramah lingkungan. Maka dari itu, strategi pemasaran yang dilakukan oleh Evi pun tak sembarangan. 

Seperti halnya pameran UMKM yang kerap diadakan dan diikuti oleh Reramban Ecoprint. Dalam hal ini, bisnis kepunyaan Evi bisa dikatakan cukup aktif dalam mengikuti event. Selain itu, Evi juga kerap kali ikut mensponsori beberapa event, seperti pemilihan putri Jatim. Serta, turut serta dalam berkolaborasi dengan Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur. 

Pemanfaatan media sosial seperti Instagram @reramban, juga turut digunakan untuk menunjang promosi Reramban Ecoprint. Dalam hal ini, penggunaannya biasa dipakai sebagai tempat untuk memposting produk dan media endorse kepada influencer. Menurut Evi, dari strategi tersebut memudahkan pemasaran dalam skala lebih luas lagi. 

Reramban Ecoprint bukan hanya mengambil keuntungan dari finansial saja, melainkan juga ikut menjalankan misi zero waste fashion. Hal itu, sebagai upaya untuk meminimalisir pencemaran tekstil. Melalui bisnis ecoprint, ide untuk terus berinovasi dan mengkampanyekan isu sosial dapat lebih diperluas lagi. 

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *