|

Film Adaptasi Novel Paling Membekas di Indonesia, Wajib Nonton!

Bumi manusia
Meski terkesan novel lawas, film adaptasi novel ‘Bumi Manusia’ cukup diminati banyak penggemar di segala kalangan. Sumber: Cultura.id

Mantraidea.com – Film adaptasi novel selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi para pecinta karya sastra. Dengan keunikan ceritanya, seringkali film yang diangkat dari sebuah karya buku ini mampu memberikan kesan mendalam untuk penontonnya. Bahkan, tanpa perlu membaca novel lebih dulu.

Meski begitu, ada saja yang menganggap bahwa film adaptasi novel harus ‘plek ketiplek’ dengan sumbernya. Memang sih, membandingkan sebuah film dengan sumber bukunya adalah hal yang lumrah. Apalagi, banyak film yang dianggap kurang memuaskan karena banyak aspek fundamental yang dihilangkan dari karya sastranya.

Nah, kali ini Tim Mantra kasih rekomendasi khusus ke ParaMantra biar nggak salah pilih film adaptasi novel terbaik di Indonesia. Langsung masukin ke list film yang bakal ditonton yuk!

1. Bumi Manusia

Film ‘Bumi Manusia’ memang pantas diacungi dua jempol. Dirilis pada 15 Agustus 2019, film ini berhasil memborong lima penghargaan dari FFB (Festival Film Bandung). Mulai dari penghargaan sebagai film bioskop terpuji, pemeran, dan sutradara terpuji. Kalau ngomongin soal sumber latar belakang novel yang diangkat, sudah nggak perlu diragukan lagi sih.

Film ‘Bumi Manusia’ diadaptasi dari karya sastrawan terbaik Indonesia yakni Pramoedya Ananta Toer. Menceritakan seorang siswa bernama Minke yang diperankan oleh Iqbaal Ramadhan, kala itu ia hidup pada masa kolonial Belanda di Surabaya. Hebatnya, Minke memiliki privilege untuk menempuh pendidikan di sekolah elite Hogere Burger School (HBS). Tapi, itu tidak membuatnya lolos begitu saja dari tantangan yang dialami pada masa konflik kolonial di Eropa.

Sebagai pribumi, Minke banyak ditindas hingga diremehkan oleh kaum elite Eropa. Sehingga, kisah percintaannya dengan Anneliese (Mawar De Jonge) yang berasal dari keluarga terhormat mengalami banyak rintangan. Ada banyak pesan moral dan pelajaran yang bisa diambil dari film ini. Dengan sangat detail, Pram menggambarkan kondisi pada masa itu. Meskipun berdurasi tiga jam, film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo masih kurang cukup untuk menampilkan karya ajaib yang diangkat dari sastrawan legendaris ini.

2. Hafalan Shalat Delisa

Berawal dari Darwis atau kerap disapa dengan nama penanya ‘Tere Liye’, yang menerbitkan novel best seller pada tahun 2005. Sehingga, film adaptasi novel yang berjudul ‘Hafalan Shalat Delisa’ pun cukup populer pada zamannya. Gimana nggak? Film religi ini cukup sukses membuat banyak penonton terharu dengan cerita yang menguras emosi di dalamnya.

hafalan shalat delisa
Di kancah film layar lebar Indonesia, ‘Hafalan Shalat Delisa’ dinilai berhasil menyalurkan emosi ke para penontonnya. Sumber: Youtube/@hafalansuratdelisa

Disutradarai oleh Sony Gaokasak serta dibintangi oleh banyak artis terkenal seperti Nirina Zubir, Reza Rahadian, hingga Chantiq Schagerl sebagai Delisa atau pemeran utama. Film ini menceritakan seorang gadis kecil periang bernama Delisa yang berlatar pesisir pantai di Aceh. Kala itu, Delisa hidup cukup bahagia dengan dikelilingi oleh banyak orang tercintanya. Abi, ummi, dan ketiga kakaknya. Meski sebagai anak bungsu, Delisa cukup mandiri untuk mengurus hidupnya sendiri.

Bahkan, ketika ditinggal oleh orang rumah beraktivitas, Delisa tetap tenang dan fokus untuk menyelesaikan hafalan shalatnya. Selang beberapa waktu kemudian, tsunami melanda desanya, merusak rumah, dan hanya menyisakan sedikit dari keluarganya, yakni Delisa dan Abi. Meskipun demikian, cerita ini menunjukkan ketegaran Delisa untuk berjuang melawan keadaan. ‘Hafalan Shalat Delisa’ ini cukup membuat sedih, jadi sediakan tisu saat menontonnya ya!

3. Dilan 1990

Film adaptasi novel Indonesia berikutnya datang dari karya penulis sekaligus musisi dari kebanggan warga Bandung, yaitu Pidi Baiq. Lebih sering dipanggil ‘Ayah’, Pidi Baiq memang tak pernah gagal menghadirkan cerita uniknya melalui novel. Salah satu novelnya yang terkenal adalah ‘Dia Adalah Dilanku 1990’. Cerita ini sangat sukses menggaet banyak penggemar, terutama ketika diangkat ke film layar lebar Indonesia pada tahun 2019.

Menarik Untuk Dibaca: Kemeriahan Gala Premiere Film Buya Hamka Malang

dilan 1990
Dilan 1990 jadi sebuah tumpuan awal dari banyaknya sekuel kisah romansa karya karangan Pidi Baiq. Sumber: Falcon Picture

Jumlah penonton yang mencapai hingga 6,3 juta lebih membuktikan bahwa ‘Dilan 1990’ cocok diadaptasi jadi sebuah film. Disutradarai langsung oleh penulis novel dan Fajar Bustomi, film ini mengangkat sebuah kisah percintaan pada era 90-an di Bandung. Menceritakan dua siswa SMA (Sekolah Menengah Atas), yakni Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea (Vanesha Prescilla) yang bertemu di sekolah. Kala itu, Milea seorang siswi pindahan dari Jakarta yang tak sengaja bertemu Dilan, seorang ‘berandalan’ nomor satu di sekolah Bandung.

Seolah-olah ada sesuatu yang membedakan antara film ini dengan film romance pada umumnya. Penggambaran karakter Dilan dan Milea yang suka merayu dan ‘ngegombal’ memang sengaja dibuat unik oleh Pidi. Alhasil, ‘Dilan 1990’ sukses meraup keuntungan di Box Office hingga mencapai 250 miliar. Kesuksesan ini menjadikan Pidi untuk terus menggarap novelnya sampai ke ranah film layar lebar Indonesia.

4. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Tahun 2019 memang lagi hype-nya film drama keluarga, salah satu film yang cukup menarik banyak penonton adalah ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’. Menariknya, film ini diadaptasi dari karya penulis ternama yaitu Marchella FP dan disutradarai langsung oleh Angga Dwimas Sasongko. 

NKTCHI
Film yang diangkat dari sebuah buku ’NKCTHI’ menceritakan pengalaman realistis dan sering terjadi di sebuah keluarga. Sumber: NKTCHI Official.

Film adaptasi novel dengan nama bekennya ‘NKCTHI’ telah membuktikan keberhasilannya bukan hanya dalam bentuk buku saja, melainkan juga di layar lebar. Terlebih, juga memotret fenomena yang seringkali dialami oleh sebuah keluarga. Cerita realistis ini mengikuti perjalanan dari tiga anak muda yaitu Aurora (Sheila Dara), Awan (Rachel Amanda), dan Angkasa (Rio Dewanto). Awalnya, mereka mengira bahwa kehidupan keluarga kecilnya normal layaknya keluarga ‘cemara’.

Namun, seperti bom waktu yang tengah berjalan, ternyata mereka memiliki sebuah konflik terpendam yang ditutupi oleh sang Ayah. Alhasil, cerita yang dibawa cukup relate dan dekat dengan penonton. Film bergenre drama ini memenangkan sejumlah penghargaan, termasuk dari Festival Film Internasional Shanghai ke-23. Kini, NKCTHI terus berlanjut melalui kisah sekuelnya yang dikemas dalam NKCTHI Universe.

Nah, ParaMantra udah tertarik buat nonton semua film di atas nggak nih? Coba deh kalau lagi senggang, jangan lupa buat tonton karya sinema dari anak bangsa yah. Sekalian, komen rekomendasi film adaptasi novel favorit ParaMantra yuk!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *