Hamur Joyo: Tempat Alternatif Pulang dari Padatnya Kota Malang

Hamur joyo, kafe dan resto yang menghadirkan konsep pedesaan. Cocok buat ParaMantra untuk melepas penat dan hiruk pikuk keramaian kota.

Suasana asri dan pedesaan terasa sejak berada di halaman utama pintu masuk Hamur Joyo. MANTRAIDEA/Wahyu Orazah.

Mantraidea.com- Waktu luang biasanya menjadi momentum yang pas untuk pergi sekedar jalan-jalan, atau nongkrong bersama teman. Ya! Nongkrong atau nongki. Kini kegiatan itu telah menjadi budaya baru bagi anak muda. Apalagi, sekarang banyak tempat baru untuk sekedar bercengkrama atau nge-chill.

Kota Malang, kini digadang-gadang jadi surganya tempat nongkrong. Kafe sebutnya. Terlebih di daerah Jalan Soekarno Hatta, Sudimoro, Dau dan masih banyak lagi. Biasanya kafe di desain modern, tapi kini ada yang berbeda dari kafe Hamur Joyo.

Nostalgia Rumah Nenek

Desain rumah lawas dipilihnya guna menarik minat para pelanggan. MANTRAIDEA/Wahyu Orazah.

Alih-alih memberikan desain yang modern dan mengikuti tren. Kafe yang satu ini malah mengusung konsep tradisional budaya Jawa. Hamur Joyo, kalau kata anak muda tempat yang anti mainstream! Terletak di daerah Perumahan Joyogrand, tepatnya Jl. Joyo Agung, Merjosari, Kec. Lowokwaru Kota Malang. 

Terkesan ‘nyleneh’ tapi kafe ini sangat menarik untuk dijadikan tempat nge-chill sendirian atau ramai-ramai. Menawarkan suasana pedesaan, pengunjung akan dihipnotis serasa di rumah nenek. 

“Ketika malam tiba, kami melakukan kegiatan rutin, seperti membakar kayu. Orang jawa menyebutnya bakar bediang,” kata Trihari Purnomo Aji, asisten manager Hamur Joyo. Tujuannya agar konsep budaya Jawanya lebih kental.

Hamur Joyo mulai berjalan pada tanggal 13 februari 2022. Masih terkesan baru, tapi kafe ini sudah dikunjungi banyak orang, “Biasanya keluarga-keluarga gitu, anak muda masih jarang sih kesini, ya mungkin mereka masih belum tahu aja,” tambahnya.

Luqman, pemilik kafe Hamur Joyo memberikan penjelasan terkait dibalik nama kafe ini. Ia bilang, ‘Hamur’ terinspirasi dari bahasa walikan khas Malang, yang berarti rumah. Sedangkan, ‘Joyo’ diambil dari nama kakek owner Hamur Joyo ini.

Demi mengimbangi suasana tradisional Jawa ada menu spesial yang mereka sediakan. Tentu, menu olahan tradisional khas pedesaan menambah kesan seperti sedang pulang ke kampung halaman. Wedangan, minuman khas Jawa ini turut menjadi andalan Hamur Joyo. Wedang uwuh, kunir, temulawak, kopi rempah hingga wedang kolosebo. 

Tak hanya minuman, camilan ‘orang desa’ yang ditawarkan pun beragam. Mulai dari gorengan jemblem, mendoan hingga tape dan masih banyak lagi. Siapa yang tak ‘kepincut’ dengan konsep suasana dan menu seperti itu?

Abil, selaku pengunjung menceritakan keseruannya ketika berada di Hamur Joyo. Ia berpendapat bahwa kafe ini unik mulai dari konsep hingga menu yang ditawarkan. “Jadi inget rasanya di kampung halaman nenek. Biasanya saya nongkrong ke kafe kan sambil nge-game, nah disini jadi males, soalnya sibuk menikmati suasananya,” ujarnya.

Eksistensi Menu Modern dengan Desain Tradisional 

Menu yang menjadi standar kafe pada umumnya juga tersedia di sana. Seperti coklat, matcha, red velvet, hingga base espresso dan base milk lainnya. Selain itu, Hamur Joyo juga menyediakan menu makanan berat. Menariknya, menu ini dibagi menjadi dua. Menu malangan yang berarti khas Kota Malang, dan menu nusantara dimana menunya seperti standar tempat makan biasanya.

Menu malangan yang ditawarkan cukup beragam. Sayangnya, didominasi dengan rasa pedas. Seperti sego (nasi) daging pedas, sego suwiwi pedas, sego paru pedas, sego rempelo ati pedas, dan yang lainnya. Sedangkan, untuk menu makanan berat nusantara seperti gurami kuah woku, gurami kuah kuning, mujair kuah woku, mujair kuah kuning hingga mujair dabu iris.

Tak hanya mengandalkan konsep budaya Jawa dan suasana pedesaan, pelayanannya pun tak main-main. Pegawai akan menyambut pelanggan yang datang seperti memperlakukan tamu dirumah. Momen itu yang sangat jarang ditemui di kafe manapun. 

“Hakikatnya tamu itu apa sih? Ketika ia datang kita persilahkan masuk dan diberi suguhan,” kata Adi selaku karyawan barista di sana. 

Sugeng rawuh, monggo pinarak”. Kalimat itu yang menyambut pengunjung ketika pertama kali masuk. Sambil mempersilahkan untuk memilih tempat duduk, outdoor atau indoor. Sembari pengunjung menunggu pesanan datang, tak lupa pegawai kafe pun memberikan suguhannya. Singkong rebus sekitar tiga sampai empat biji, diberikannya. 

Bangunan yang terbuat dari kayu dan memiliki desain tradisional seperti rumah kuno. Tentu, tak luput dari furniture yang khas jawa.  Seperti lesung atau tumbukan padi, wayang, lampu gantung dan lainnya. Demi memaksimalkan konsep, bahan bangunan dan furniture yang digunakan pun dibeli langsung dari Gunung Kidul, Yogyakarta.

Lesung atau tumbukan padi tradisional turut menghiasi suasana di Hamur Joyo. MANTRAIDEA/Wahyu Orazah.

Modal Tampang Aja Nggak Cukup

Berawal dari Youtube, kemudian migrasi ke era konten kreator Instagram, lalu muncul banyak tren platform di sosmed. Rasanya bisa melihat langsung bahwa tanpa karakter unik dengan proses kreatif yang matang, konten kreator digital nggak akan bisa bertahan. Terlebih, di industri digital yang mengandalkan popularitas ini.

Menurut Agung Hapsah dalam Youtube-nya yang berjudul ‘Cara Menjadi Konten Kreator’, “Bikin konten mah gampang, yang susah adalah membuat audiens mengingat baik konten kita”. Ini bahkan bisa jadi poin penting, kalau konten yang menarik audiens justru berdampak bagi kelangsungan karir konten kreator.

Ironisnya, ParaMantra pasti sering menemukan wajah-wajah baru di sosmed yang hanya ‘modal tampang’. Lalu, membuat konten dengan ‘embel-embel’ mengejar traffic tren. Fenomena ini diperparah dengan kemudahan mengunggah konten di internet dan seringkali individu meremehkan jejak digital. Asal merekam dan bikin konten konyol yang merugikan orang lain. Yah ‘you named it lah’, pasti ada aja yang blunder dan viral karena konten kontroversialnya di sosial media. Bahkan, sampai masuk ke ranah hukum. 

Artinya, ‘berani tampil aja nggak cukup loh!’ Jika sebuah konten sudah diunggah dan dikonsumsi oleh banyak orang, ini berarti informasi tersebut di luar kendali kreator. Seharusnya sih, ada dong proses memilah konten yang akan diunggah.

Sudah jadi hal umum bahwa terdapat cara membuat konten yang menarik sebelum benar-benar diunggah di akun medsos. Mulai dari brainstorming ide, riset, menyusun content plan hingga evaluasi konten. Kalau memang ada proses tersebut, output konten yang dihasilkan juga nggak akan terlihat ngasal. 

Hal ini senada dengan jasa pembuat konten ala selebgram yang mengandalkan angka pengikut lewat konten social media. Mereka juga pasti melewati proses riset sebelum mempromosikan sebuah produk dari brand. Yah, meskipun masih banyak yang nerima asal ada duitnya aja. 

Dibacain mantra

Jangan lupa share

Artikel lainnya

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *