Peran Kunci Sosial Media Influencer, Dongkrak Bisnis Digital Lewat FYP

sosial media influencer
Sosial media influencer menghidupkan industri digital marketing yang memiliki potensi untuk berkembang. MANTRAIDEA/Wahyu Orazah

Mantraidea.com – Sosial media influencer dinilai dapat mendongkrak kemajuan ekonomi kreatif digital melalui kontribusinya dalam promosi berbayar untuk brand tertentu. Hal ini bisa diamini langsung lewat sebuah riset dari State Of Influencer Marketing 2024. Data tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara keempat yang memiliki banyak konten influencer berbayar atau disponsori.

Selain itu, Indonesia juga diproyeksikan memiliki harga pasar influencer marketing yang cukup tinggi. Bahkan, bisa mencapai 22 miliar dolar pada tahun 2025 nanti. Tentu, peningkatan ini didukung dengan strategi marketing sosial media terbaru.

Meski begitu, influencer tetap dianggap cukup efektif dalam mempromosikan sebuah bisnis. Apalagi, riset tersebut juga mengungkapkan bahwa sebanyak 80% influencer yang disponsori oleh Instagram memiliki pengaruh pada pengambilan keputusan audiens. Mulai dari sekadar mengikuti akun brand atau malah langsung kepincut melakukan pembelian.

Apa Itu Sosial Media Influencer?

Sebelum mengulik lebih dalam, penting untuk memahami pengertian dan tugas seorang influencer. Menurut buku ‘Influencer Marketing’ karya Duncan Brown, influencer merupakan salah satu bagian dari strategi new marketing. Artinya, profesi ini disepakati mampu untuk  mengubah atau memengaruhi keputusan pembelian melalui pembentukan persona yang menarik.

Sederhananya, sosial media influencer adalah individu yang memiliki banyak followers dan pengaruh kuat lewat personal branding-nya. Ada beragam jenis influencer yang tersebar, tapi ini tergantung kanal yang dikuasai. Misalnya saja, influencer premium yang berasal dari latar belakang selebritis, selebgram, selebtok, blogger hingga youtuber.

Ironisnya, profesi ini seringkali terlihat remeh dan seolah-olah hanya mengandalkan angka pengikut. Tapi nyatanya, cukup sulit untuk mempertahankan atau meningkatkan engagement rate yang dimiliki oleh influencer. Pasalnya, sosial media influencer  juga harus memahami strategi digital marketing karena telah menjadi bagian integral dari kampanye pemasaran secara keseluruhan. 

Sejalan dengan hal ini influencer asal Kota Malang, Wawan.rde mengungkapkan bahwa dalam membuat konten promosi seringkali mengalami creative block. “Hambatan biasanya kalau lagi bikin konten ya gitu, kadang nggak mood dan sulit mencari ide konten,” ujarnya. 

creative block_mantraidea
Umum rasanya dalam industri kreatif mengalami kendala creative block, begitu juga yang kerap dialami oleh para influencer. Sumber: Canva

Meskipun situasi menyebalkan seperti itu kerap terjadi, tapi tidak membuat banyak influencer di Indonesia menyerah begitu saja. Terlebih, ketika mempertimbangkan keuntungan, profesi ini cukup menjanjikan terutama jika dilihat dari kacamata bisnis.

Bagaimana Influencer Jadi Instrumen Penting Untuk Bisnis

Dalam lingkup bisnis baik skala kecil maupun besar, promosi menjadi langkah yang sangat esensial. Salah satu strategi digital marketing yang paling berkembang adalah melalui sosial media influencer atau lebih akrab disebut KOL Specialist (Key Opinion Leader). Dalam perannya, influencer memiliki tanggung jawab sebagai talent atau peran utama dalam mempromosikan sebuah campaign digital.

Sedangkan dalam prakteknya, KOL Specialist juga bergantung penuh pada performa sosial media influencer. Mereka harus mampu memengaruhi pengikutnya untuk membeli atau memakai produk maupun jasa yang ditawarkan. Apalagi, keberhasilan kampanye sering diukur dari objektivitas merek itu sendiri. Sementara, seorang influencer hanya fokus pada pembuatan sebuah konten promosi.

Lebih lanjut, mempertimbangkan untuk memilih seorang influencer terutama untuk paid promote haruslah bijak. Mulai dari menyesuaikan konteks pesan promosi, jenis konten hingga tingkatan dari sosial media influencer. Benar kok, ParaMantra nggak salah baca, karena dalam lingkup influencer memiliki tingkatan yang berbeda.

Misalnya saja, Mega Influencer dengan lebih dari satu juta pengikut, Macro Influencer kisaran seratus ribu hingga satu juta pengikut. Sedangkan, Micro Influencer dengan rentang sepuluh ribu hingga 100 pengikut dan Nano Influencer yang memiliki kurang lebih sepuluh ribu pengikut. Oleh karenanya, angka tersebut menjadi penting sebagai bahan dalam menghitung engagement rate.

Menarik Untuk Dibaca: Opini: Jadi Konten Kreator Digital Nggak Cuma Modal Tampang!

digital marketing_mantraidea
Dalam konteks digital marketing, KOL Specialist dituntut untuk lebih jeli memilih tingkatan influencer yang sesuai kebutuhan perusahaan. Sumber: Canva

Namun dalam prakteknya, angka bukan hanya semata-mata jadi instrumen penting untuk menilai seorang influencer. Karakter konten dan pengikut yang militan juga jadi kunci penting. Oleh karena itu, konsistensi dalam menciptakan konten juga harus terus dikejar. “Caraku buat narik brand dengan rajin-rajin bikin konten, tujuannya agar FYP (For Your Page). Dengan begitu, klien bakal tau postinganku mulai dari paid promote hingga konten review,” tambah Influencer reviewer dengan username familiar ig nya @Wawan.rde tersebut.

Nggak Ngasal, Bikin Konten Juga Ada Rumusnya

Sejalan dengan meningkatnya kemampuan digital, tak ayal jika muncul ladang profesi baru seperti influencer. Sayangnya, banyak opini publik yang meragukan keseriusan dari seorang influencer. Padahal, usaha yang dikeluarkan oleh sosial media influencer juga nggak murah.

Masyarakat awam jarang ada yang mengerti, menjalani profesi ini juga memerlukan beberapa tahap yang harus ditempuh. Mulai dari membangun personal branding, brainstorming ide konten, membuat rancangan konten dan aktif menanggapi para pengikut. Rela mengorbankan banyak waktu untuk bisa bertahan sebagai influencer di dunia digital. Apalagi, mereka hanya akan dilirik sebuah brand hanya berdasarkan sebuah angka.

“Cuek aja sih kalau ada tanggapan yang kurang mengenakkan kayak gitu, yang penting aku fokus buat mengembangkan diri,” jawab influencer muda tersebut. Mungkin, ketika ParaMantra melihat di depan layar akan beranggapan sama. Namun, beda konteks jika melihatnya secara langsung pembuatan sebuah konten para influencer. Pada dasarnya, semua profesi memiliki resiko, termasuk sosial media influencer

Gimana ParaMantra, pada tertarik nggak nih buat jadi influencer? Kalau punya tanggapan berbeda, langsung tulis di kolom komentar ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *